GELORA.CO - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan dirinya bisa saja menangguhkan hubungan diplomatik Istanbul dengan Abu Dhabi usai perjandian kesepakatan damai antara UEA dan Israel.
Erdogan mengatakan langkah UEA tersebut sulit diterima. Dia mengingatkan bahwa dirinya mungkin akan menarik Dutabesar Turki untuk UEA terkait perjanjian yang disebutnya merugikan Palestina tersebut.
“Langkah terkait Palestina bukanlah langkah yang bisa kami telan. Kami mungkin mengambil langkah untuk menangguhkan hubungan diplomatik dengan Abu Dhabi, kami mungkin menarik duta besar kami, ”kata Erdogan, seperti dikutip dari MEE, Jumat (14/8).
“Kami bersama rakyat Palestina. Kami tidak pernah membiarkan Palestina dihancurkan,” lanjutnya.
Sebelumnya Israel dan Uni Emirat Arab mencapai kesepakatan untuk menormalisasi hubungan pada Kamis (13/8), sebuah langkah yang dikecam oleh Palestina yang menyebutnya sebagai tikaman berbahaya dari belakang.
Di bawah perjanjian yang diprakarsai oleh Presiden AS Donald Trump, Israel mengatakan telah setuju untuk menangguhkan aneksasi bagian Tepi Barat yang diduduki. Namun, beberapa jam kemudian Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan dia tetap berkomitmen untuk mencaplok sebagian Tepi Barat.
Terlepas dari kritik Erdogan, Turki dan Israel menikmati hubungan diplomatik penuh, meskipun kedua negara tidak memiliki dutabesar karena ketegangan atas Palestina.
Sementara Ankara dan UEA telah memiliki hubungan yang sangat agresif sejak kudeta yang gagal pada 2016, ketika para pejabat Turki mulai mempertanyakan secara terbuka apakah putra mahkota Abu Dhabi, Mohammed bin Zayed, ada hubungannya dengan konspirasi tersebut.
Mei lalu dalam sebuah pernyataan terbuka, kementerian luar negeri Turki menuduh Emirat mendukung kelompok militan Somalia al-Shabab yang terkenal kejam, serta ambisi separatis Dewan Transisi Selatan di Yaman.
Kedua negara telah terkunci dalam konflik regional yang pahit yang baru-baru ini meningkat di Libya, di mana mereka mendukung pihak-pihak yang berlawanan.
Turki mencurigai bahwa pesawat milik UEA bulan lalu digunakan untuk menargetkan sistem pertahanan udara Turki di pangkalan udara al-Watiya di Libya barat yang disita oleh Pemerintah Kesepakatan Nasional yang didukung oleh Turki dan diakui PBB awal tahun ini.
Bulan lalu, dalam wawancara dengan Al Jazeera, Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar menuduh UEA melakukan tindakan jahat di Libya dan Suriah. Ia juga berjanji bahwa Ankara akan meminta pertanggungjawabannya di tempat dan waktu yang tepat.
“UEA mendukung organisasi teroris yang memusuhi Turki dengan maksud merugikan kami. UEA harus mempertimbangkan ukurannya yang kecil dan sejauh mana pengaruhnya dan jangan menyebarkan hasutan dan korupsi,” kata Akar. (Rmol)