Hal itu disampaikan Jokowi dalam ratas Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi nasional di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (3/7).
"Di kementerian-kementerian, di lembaga ini, aura krisisnya belum betul-betul belum. Masih sekali lagi kejebak pada pekerjaan harian, enggak tahu prioritas yang harus dikerjakan," kata Jokowi.
Realisasi Anggaran Penanganan COVID-19 Masih Minim
Jokowi kemudian memaparkan, di kuartal ke-III urusan ekonomi yang berkaitan dengan konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat hingga realisasi anggaran dari kementerian masih sangat minim.
Jokowi menyebut dari Rp 695 triliun stimulus untuk penanganan COVID-19 baru 20 persen yang terealisasi.
"Rp 141 triliun yang terealisasi. Baru 20 persen. Masih kecil sekali. Kecil sekali," tutur Jokowi.
"Penyerapan yang paling gede itu ada di perlindungan sosial 39 persen, kemudian program UMKM 25 persen. Hati-hati ini. Yang belum ada DIPA-nya saja masih gede banget, 40 persenan belum ada DIPA. DIPA saja belum ada, gimana mau realisasi?," tambah dia lagi.
Presiden Joko Widodo memimpin rapat kabinet terbatas di Istana Bogor, Jawa Barat, Jumat (27/12/2019). Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Lebih lanjut, Jokowi mengingatkan di saat krisis seperti saat ini, dibutuhkan kinerja jajaran pemerintahan yang cepat.
"Untuk itu saya minta, urusan ini didetailkan satu per satu dari menteri-menteri terkait, sehingga manajemen krisis ini kelihatan, lincah, cepat, troubleshooting, smart shortcut, dan hasilnya betul-betul efektif. Kita butuh kecepatan," tandas Jokowi. (*)