GELORA.CO - Amerika Serikat (AS), di bawah kepemimpinan Joe Biden, memiliki cara yang berbeda ketika menangani Korea Utara. Bahkan mungkin akan sangat berbeda dengan pendekatan yang dilakukan oleh Presiden Donald Trump.
Jika Biden dari Partai Demokrat terpilih dalam pemilihan presiden (pilpres) AS 2020, ia kemungkinan akan menghentikan pendekatan yang dilakukan oleh Trump dengan memanfaatkan kedekatan hubungan personal dengan Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un.
"(Ia) kemungkinan akan mengurangi penekanan pada hubungan pribadi dengan pemimpin Kim Jong Un dan lebih fokus pada sekutu serta diplomasi tingkat kerja," ujar penasihat kampanye Biden seperti dikutip Reuters, Jumat (21/8).
Langkah tersebut diperkirakan karena buruknya hubungan Biden dan Kim. Tahun lalu, Korea Utara mengecam Biden dengan menyebutnya sebagai "anjing gila" yang harus dipukuli sampai mati.
Biden juga sudah mengatakan tidak akan bertemu dengan Kim kecuali prasyarat yang sudah ditentukan terpenuhi.
Kepada New York Times, Biden mengatakan tidak akan melanjutkan diplomasi pribadi dengan Kim.
Sementara itu, pendekatan yang dilakukan oleh Trump sendiri adalah dengan memanfaatkan hubungan pribadinya dengan Kim. Dengan modal itu, Trump mengatakan akan membuat kesepakatan dengan Korea Utara segera setelah dipilih kembali pada 3 November 2020.
Pejabat Pyongyang, bagaimanapun, telah mengatakan meskipun Kim masih memiliki hubungan yang baik dengan Trump, mereka harus melihat ke masa depan ketika Trump bukan presiden.
Trump dan Kim sempat beradu mulut. Keduanya memberikan ancaman perdagangan dan penghinaan. Trump menyebut Kim sebagai "Manusia Roket", sementara Kim menyebut Trump sebagai "Orang Gila AS".
Tetapi, keduanya berhasil bertemu untuk pertama kalinya dalam pertemuan puncak di Singpura dan Vietnam.
Kedua pemimpin juga bertukar apa yang disebut Trump sebagai "surat yang indah". Meski begitu, pendekatan Trump tetap gagal menyelesaikan kebuntuan atas senjata nuklir Korea Utara.
"Tidak diragukan lagi bahwa era surat cinta akan berakhir," kata seorang penasihat kebijakan Biden.
Alih-alih, Biden berkomitmen akan bekerja lebih dekat dengan sekutu, yaitu Korea Selatan, yang kemungkinan akan memicu dilema baru di kawasan.
"Itu bisa menciptakan perselisihan dengan Seoul," ujar seorang peneliti di Asan Institute for Policy Studies, James Kim. (Rmol)