Istana Menangkis Peluru Amien Rais

Istana Menangkis Peluru Amien Rais

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Politikus senior Amien Rais kembali melontarkan kritik pedas soal Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pihak Istana pun menangkis kritik itu.

Amien Rais mengkritik Presiden Jokowi memainkan politik belah bambu dengan memihak salah satu kelompok. Dia juga menyebut para buzzer dan juru bicara (jubir) Istana semakin menambah kecurigaan terhadap Jokowi yang dinilainya memainkan politik belah bambu.

"Presiden Jokowi mewakafkan hidupnya untuk perjuangan demokrasi dan reformasi berdasarkan ideologi Pancasila dan UUD 1945," kata jubir Presiden Jokowi, Fadjroel Rachman, saat dihubungi, Kamis (13/8/2020).


Kantor Staf Presiden (KSP) juga menilai tuduhan Amien Rais telah disangkal oleh pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) itu sendiri. KSP menuturkan masih bebasnya Amien Rais mengkritik Presiden Jokowi dan pemerintah merupakan bukti tudingan Amien Rais tak sesuai fakta.

"Tuduhan Amien Rais disangkal oleh kenyataan bahwa beliau sendiri bisa bebas mengkritik Jokowi," ucap Tenaga Ahli Utama KSP Donny Gahral Ardian.

Donny membantah bila Presiden Jokowi disebut memojokkan salah satu kelompok dengan politik belah bambu. Nyatanya, lanjut Donny, Amien Rais tak pernah dipojokkan atau dikriminalisasi meski kerap bersuara bersuara miring.

"Dalam demokrasi, oposisi biasa, tapi tidak lantas kemudian menjadi musuh yang dipojokkan, seperti tuduhan Pak Amien Rais. Pak Amien Rais sendiri kan bersuara kritis, tapi kan tidak pernah kemudian dikriminalisasi, dipojokkan. Beliau sendiri selama ini kerap bersuara miring tapi tetap mendapatkan tempat, begitu. Jadi saya kira harus berintrospeksi terhadap dirinya sendiri, karena beliau sendiri kritis tapi tidak pernah dipojokkan," ujar Donny.

Donny melanjutkan Amien Rais menuduh Presiden Jokowi tanpa dasar alasan. Dia pun menyinggung pemberian penghargaan Bintang Jasa Mahaputera dari Presiden Jokowi kepada Fadli Zon dan Fahri Hamzah.

"Saya kira tuduhan itu tidak beralasan. Karena kita tahu bahwa di pemerintahan Pak Jokowi, mereka-mereka yang disebut sebagai oposisi, didengar. Bahkan ada yang diundang ke Istana, yang suara-suara miring ya terhadap pemerintah. Kalau mengikuti pemberitaan belakangan ini bahkan dua oposan yang paling keras kepada Pak Jokowi, Fahri Hamzah dan Fadli Zon akan diberikan bintang Mahaputra Nararya," tutur Donny.

Masih kata Donny, Presiden Jokowi adalah negarawan yang mengayomi semua kalangan. Donny menyebut Presiden Jokowi merangkul orang-orang, baik yang lunak maupun keras terhadap dirinya.

"Jokowi adalah negarawan yang mengayomi semua kepentingan, kecuali yang bertentangan dengan konstitusi dan Pancasila. Dan Pak Jokowi juga tidak pernah yang disebut dengan politik belah bambu. Karena Pak Jokowi itu memelihara semua, baik yang keras maupun yang lunak terhadap dirinya. Mengayomi semua lah intinya," tegasnya.


Sebelumnya diberitakan, Amien Rais mengkritik pemerintahan Presiden Jokowi memainkan politik belah bambu. Para buzzer dan juru bicara (jubir) Istana, disebut Amien Rais, semakin menambah kecurigaan terhadap Jokowi.

"Sampai sekarang penyakit politik bernama partisanship tetap menjadi pegangan rezim Pak Jokowi dalam menghadapi umat Islam yang kritis terhadap kekuasaannya. Para buzzer bayaran dan para jubir Istana di berbagai diskusi atau acara di banyak stasiun televisi semakin menambah kecurigaan banyak kalangan terhadap politik Jokowi yang beresensi politik belah bambu. Menginjak sebagian dan mengangkat sebagian yang lain," kata Amien Rais dalam unggahan video yang tayang di akun media sosialnya, Rabu (12/8).

Menurut Amien Rais, Jokowi tengah menjalankan apa yang disebutnya sebagai politik partisan. Amien Rais juga menyebut Jokowi bermental 'koncoisme'. 'Konco' dalam bahasa Jawa berarti 'teman'.

"Sebagai presiden, seharusnya Pak Jokowi berpikir bekerja dan terus berusaha supaya tidak jadi pemimpin partisan, membela sekitar separuh anak bangsa, tetapi menjauhi bahkan kelihatan memusuhi sekitar separuh anak bangsa yang lain," ujar Amien Rais.

"Politik partisan semacam ini, tidak bisa tidak, cepat atau lambat membelah bangsa Indonesia. Tidak boleh seorang presiden terjebak pada mentalitas 'koncoisme'," imbuhnya.(rmol)

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita