GELORA.CO - Partai Gerindra meminta masyarakat tidak sembarang menuduh Bambang Arianto sebagai buzzer Presiden Joko Widodo (Jokowi). Gerindra mengingatkan, dalam menyampaikan pendapat, harus juga didukung bukti-bukti kuat.
"Kita tidak boleh sembarang menuduh ini buzzer ini, ini buzzer ini. Saya pikir, semua dalam kerangka demokrasi harus juga mempunyai pembuktian dan fakta-fakta yang ada. Jadi, tidak boleh kemudian kita sembarang menuduh bahwa satu orang, sekelompok orang, tanpa bukti yang nyata dan fakta yang ada," kata Waketum Gerindra Sufmi Dasco Ahmad, di kompleks MPR/DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (4/8/2020).
Seperti diketahui, Bambang Arianto merupakan pria yang mengaku yang telah melakukan pelecehan seksual berkedok penelitian terkait pelaku swinger (praktik tukar pasangan). Di media sosial, Bambang dikait-kaitkan sebagai buzzer Jokowi. Bahkan, ada yang menggunakan tagar #JokowerPadaSakitJiwa.
Dasco pun meminta agar Bambang tak begitu saja dikait-kaitkan dengan satu pihak. "Ya, jangan dikait-kaitkan dengan satu pihak yang belum tentu terbukti," sebutnya.
Terpisah, politikus PDIP Andreas Hugo Pareira juga bicara mengenai Bambang. Menurut Andreas, siapa saja bisa menjadi buzzer tanpa harus mempunyai ikatan dengan orang yang dibicarakan.
"Kalau sekedar buzzer sih siapa saja juga bisa, tanpa harus ikatan hubungan struktur atau fungsi formal," ucap Andreas kepada wartawan.
Sebelumnya, Bambang Arianto membuat kehebohan dengan membuat sebuah video pengakuan telah melakukan pelecehan seksual dengan kedok melakukan penelitian terkait perilaku swinger. Tak cuma itu, di video tersebut dia juga mengaku telah melakukan pelecehan fisik terhadap korban.
"Saya Bambang Arianto ingin menjelaskan bahwa pernyataan saya mengenai rencana penelitian tentang swinger kepada banyak perempuan adalah bohong, karena sesungguhnya saya lebih ingin berfantasi swinger secara virtual semata. Saya juga pernah melakukan pelecehan secara fisik," demikian salah satu potongan pengakuannya dalam video yang tersebar luas pada Senin (3/8).
Bambang selanjutnya juga meminta maaf kepada para korban. Selain itu, dia meminta maaf kepada NU dan UGM karena telah mencatut nama organisasi dan kampus tersebut dalam mencari korban.
"Secara khusus saya meminta maaf kepada seluruh korban baik dari kampus UGM Bulaksumur maupun yang lain yang pernah menjadi korban pelecehan saya baik secara fisik, tulisan maupun verbal sehingga menimbulkan trauma," beber Bambang.
"Saya juga minta maaf kepada NU dan UGM karena selama ini menyalahgunakan nama NU dan UGM dalam mencari target," lanjutnya. []