GELORA.CO - Presiden Jokowi kembali menyentil kinerja menteri saat rapat terbatas senin (4/7). Kali ini Jokowi menyebut kementerian masih tidak paham prioritas, pun, tak memiliki aura krisis di tengah pandemi corona.
Kekecewaan Jokowi ini justru dikritik oleh Waketum Gerindra Fadli Zon. Menurut dia, kekecewaan tersebut tak seharusnya jadi konsumsi publik. Harusnya, masalah di Kabinet Indonesia Maju diselesaikan secara internal.
"Ini kan Pak Jokowi sendiri yang mengatakan tidak ada visi misi menteri, yang ada visi misi Presiden. Semua menteri yang memilih Presiden. Kemudian harusnya itu bukan persoalan yang harus dinyatakan pada publik," kata Fadli kepada kumparan, Selasa (4/8).
Seharusnya, kata Fadli, para menteri Jokowi yang kinerjanya dianggap kurang dipanggil satu per satu, kemudian diselesaikan masalahnya dan bukan diungkap ke publik. Fadli menilai sikap Jokowi ini seperti seorang pengamat, bukan Presiden.
"Presiden harusnya memanggil satu per satu, di mana kementerian yang dianggap kurang, apa masalahnya? Jadi bukan diumbar ke publik seperti seorang pengamat. Kalau Presiden jadi pengamat ya repot kita," ujarnya.
"Itu dicek, apa memang kurang kegiatan atau anggarannya yang enggak ada. Presiden kan jangan hanya bergantung pada angka-angka. Kadang kan angkanya ada, uangnya enggak ada," lanjut anggota Komisi I DPR tersebut.
Lebih lanjut, sikap Jokowi ini, menurut Fadli, malah menjadi bumerang. Sebab dengan pernyataan tersebut, masyarakat menilai bahwa kepala negara terlihat putus asa dalam menghadapi berbagai masalah dalam pandemi Corona.
Termasuk, soal masalah internal di kabinet.
"Ya itu seperti menepuk air di dulang muncrat ke muka sendiri. Pak Jokowi sudah desperate, sudah mulai putus asa."
- Fadli Zon
"Harusnya jangan diumumkan ke publik karena membuat masyarakat semakin tak percaya dan ketidakpercayaan masyarakat merugikan kita dan membahayakan Indonesia," tambahnya.
Sebelumnya, Jokowi mengeluhkan prioritas yang dikerjakan kementerian saat ini.
"Di kementerian-kementerian, di lembaga ini, aura krisisnya belum betul-betul belum. Masih sekali lagi kejebak pada pekerjaan harian, enggak tahu prioritas yang harus dikerjakan," kata Jokowi dalam rapat terbatas, Senin (3/8).
Jokowi kemudian memaparkan, di kuartal ke-III urusan ekonomi yang berkaitan dengan konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat hingga realisasi anggaran dari kementerian masih sangat minim. Jokowi menyebut dari Rp 695 triliun stimulus untuk penanganan COVID-19, baru 20 persen yang terealisasi. []