Dia mengatakan, kalau Presiden hanya bicara hal-hal yang biasa saja, dikhawatirkan kondisi ke depan akan semakin tidak baik, karena selama pandemi Covid-19, pemerintah belum maksimal melakukan perbaikan yang substansial terkait efek yang ditimbulkan oleh pandemi.
“Saat ini pandemi sudah berlangsung lama, tingkat kesabaran masyarakat sudah memuncak sehingga kalau Presiden tidak menyampaikan sesuatu yang membawa harapan maka kondisi akan repot,” kata Fadel dalam diskusi “Media Expert Meeting” dengan tema “Sidang Tahunan MPR: Konvensi Ketatanegaraan dalam Rangka Laporan Kinerja Lembaga Negara” di Bandung, Jumat (7/8).
Fadel mengatakan saat ini beberapa daerah sudah mengeluhkan dampak yang semakin besar dari pandemi seperti pendapatan menurun dan pajak daerah tidak ada sehingga menyebabkan pemerintah daerah kesulitan membiayai pembangunan di daerah.
“Saya berharap pada tanggal 14 Agustus nanti, Presiden Jokowi jangan hanya bicara biasa saja namun menyampaikan sesuatu yang membawa harapan. Itu harus disampaikan Presiden,” katanya
Menurut dia, pertumbuhan ekonomi di beberapa daerah sudah minus, kondisi itu jangan anggap enteng karena dikhawatirkan akan ada efek negatif yang ditimbulkan oleh pandemi. “Kita sudah mendengar bahwa Presiden mengeluh, kami sudah menyampaikan belanja negara kurang yaitu baru 30 persen. Jangan sampai salah kelola pemerintahan,” katanya
Dia mengaku tidak percaya terhadap ulasan manis beberapa pihak bahwa ekonomi Indonesia akan melakukan pemulihan, karena yang dibutuhkan saat ini adalah pemerintah harus ambil langkah berani. Fadel mencontohkan kalau perlu pemerintah membatasi bayar utang, restrukturisasi utang untuk membiayai Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
“Amerika Latin sudah melakukan itu namun kita masih di-ninabobo-kan, kita dibilang cepat ‘recovery’ padahal di pasar-pasar daya beli tidak ada. Diharapkan dalam Sidang Tahunan MPR ada penyampaian harapan,” katanya. (*)