GELORA.CO - Sudah seharusnya seorang pejabat negara yang apalagi membawahi tugas-tugas penanganan pandemik virus corona baru (Covid-19) berada digaris terdepan untuk menjadi relawan uji klinis vaksin Covid-19 buatan Sinovac, Cina.
Sebab, pejabat itu memiliki tugas untuk melayani rakyatnya.
Begitu kata Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin menyoroti sikap Erick Thohir yang ogah menjadi relawan uji klinis vaksin Covid-19.
"Itulah lucunya menjadi pejabat di negeri ini. Harusnya ET yang terdepan dan pertama menjadi relawan uji klinis vaksin Covid-19. Pejabat negara itu kan pelayan masyarakat. Jadi sebelum rakyat yang memulai. Diawali dari pejabatnya dulu," kata Ujang Komarudin.
Menurut pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia ini, para pejabat sebagai pelayan masyarakat harus bersedia melakukan hal terbaik untuk rakyatnya.
"Para pejabat jangan ingin enaknya sendiri. Giliran yang enak-enak diambil dan terdepan. Giliran diminta jadi relawan uji klinis vaksin Covid-19 mundur ke belakang," kata Ujang Komarudin.
"Jika ingin memberi contoh yang baik kepada masyarakat. Harusnya ET lah yang pertama tuk jadi relawan uji klinis vaksin. Setelah ET, baru yang lainnya," imbuhnya menegaskan.
Sebelumnya, Menteri BUMN yang juga Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), Erick Thohir mengatakan pihaknya sedang mencari dan mengumpulkan 1.620 relawan untuk uji klinis tahap III vaksin Covid-19 buatan Sinovac, Cina.
Para relawan tersebut, nantinya akan disuntikkan vaksin itu pada awal September mendatang.
Namun, Erick membantah dirinya tidak bersedia untuk menjadi salah satu relawan uji klinis tahap III vaksin Covid-19.
Menurutnya, tidak etis jika dia terlibat menjadi relawan tersebut dan mengikuti uji klinis vaksin tersebut.
Kayaknya enggak etis kalau saya, lebih baik relawan-relawan yang sesuai dengan prototipe yang sedang dicari," ujar Erick Thohir.
"Bukannya saya takut enggak mau disuntik ya, tapi ya kayaknya sebagai Menteri BUMN disuntiknya agak belakang lah," imbuh dia. (Rmol)