GELORA.CO - Ekonom senior Rizal Ramli geram dituduh mencari panggung karena sering mengkritik pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Ia lantas mengelak tuduhan itu dengan menyebut bahwa ia sudah terkenal sejak umur 23 tahun dengan karyanya.
Sebutan pencari panggung bagi Rizal Ramli yang dilontarkan oleh sejumlah pihak tampaknya cukup mengganggu ekonom senior yang pernah menjabat sebagai Menko Kemaritiman RI ini.
Pasalnya, Rizal Ramli kemudian menyebut bahwa para oknum itu sebagai influencer dan buzzer yang norak.
"Ada banyak influencer-influencer dan buzzerRp yang bolak-balik bilang RR dll sekadar cari panggung!" tulis Rizal Ramli melalui Twitter-nya, Minggu (9/8/2020).
Ia lantas menunjukkan bahwa dirinya bukan seorang pencari panggung karena sudah cukup terkenal sejak usia 23 tahun kala dirinya masih menjadi aktivis mahasiswa.
"Maaf ya, umur 23 tahun RR sudah terkenal, buku Putih RR dkk diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Prof. Ben Anderson dari Universitas Cornell, dan diterjemahkan ke 8 bahasa lain," jelas Rizal Ramli.
Buku Putih yang dimaksud Rizal adalah buku berisi kritik terhadap kebijakan Widjojo Nitisastro, seorang ekonom di era kepresidenan Soeharto pada tahun sekira 1977-1978.
Oleh karena itu, Rizal menolak dirinya dituduh sengaja mencari panggung karena sering mengkritik pemerintah.
Sebelumnya, Rizal Ramli mengatakan Indonesia saat ini sudah masuk ke dalam jurang resesi ekonomi yang disebabkan Pandemi Virus Corona atau Covid-19.
Lantas, apakah Indonesia bisa keluar dari jurang resesi ekonomi tersebut? Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman pada Kabinet Jokowi-JK ini mengatakan bisa.
"Kita bisa keluar dari krisis, orang kita pengalaman soal krisis," katanya Rizal Ramli dalam sebuah diskusi secara virtual, Kamis (16/7/2020).
Namun sayangnya, kata RR, sapaan akrabnya, Presiden Jokowi tidak memiliki anak buah yang berpengalaman untuk membalikkan situasi krisis menjadi peluang.
"Tapi apakah ada menteri yang punya track record membalikkan situasi dan dia balikin jadi positif. Mohon maaf kalau itu nggak ada," kata mantan Menko Bidang Perekonomian di Masa Pemerintahan Gus Dur. []