GELORA.CO - Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) telah dideklarasikan di Tugu Proklamasi dengan sederet tokoh ternama di belakangnya. Setelahnya, apa kelanjutan KAMI?
KAMI dideklarasikan sehari setelah HUT ke-75 RI yaitu pada tanggal 18 Agustus 2020. Mereka menyebut KAMI sebagai gerakan moral yang berjuang demi mewujudkan masyarakat Indonesia sejahtera.
"KAMI adalah gerakan moral rakyat Indonesia dari berbagai elemen dan komponen yang berjuang bagi tegaknya kedaulatan negara, terciptanya kesejahteraan rakyat, dan terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia," kata Ketua Komite KAMI Ahmad Yani saat membacakan Jatidiri KAMI, di lokasi.
Sejumlah tokoh yang menjadi deklarator di antaranya Din Syamsuddin, Gatot Nurmantyo, Rochmad Wahab, MS Kaban, Refly Harun, Said Didu, hingga Rocky Gerung.
Lalu, seperti apa masa depan KAMI? Denny Januar Ali memprediksi 3 skenario dari gerakan KAMI. Berikut skenario yang dia paparkan:
Skenario I
Denny JA bicara tentang kemungkinan kejadian tahun 1998 terulang saat ini. Namun, dia menegaskan hal itu tak bakal terwujud.
"Skenario pertama: KAMI membawa pemerintahan Jokowi jatuh sebelum berakhirnya jabatan di tahun 2024. Tapi masih ada dua variabel yang belum hadir sebagai konteks gerakan ini. Sebelum dua variabel tambahan hadir, KAMI tak cukup kuat untuk menjatuhkan Presiden Jokowi di tengah jalan," kata Denny JA.
Dua variabel yang dimaksud Denny JA adalah lahirnya gerakan politik alternatif serta masalah ekonomi dan ini tidak cukup untuk merontokkan Jokowi.
Skenario II
Denny JA menyebut KAMI bisa jadi tidak menjatuhkan Jokowi tapi malah melahirkan sosok capres untuk pemilu selanjutnya. KAMI dinilai bisa jadi king maker Pilpres 2024.
"Skenario kedua, gerakan ini akan membesar, tidak menjatuhkan Jokowi, namun mereka segera menemukan capres 2024 yang populer. KAMI berujung menjadi king maker terpilihnya dan beralihnya kepemimpinan nasional, lewat pemilu, dari koalisi partai saat ini, menuju koalisi partai oposisi plus KAMI," kata Denny JA.
Tapi, skenario kedua ini juga sulit terwujud karena KAMI punya kekurangan. Menurut Denny JA, bisa saja KAMI berujung perpecahan internal.
"Kekuatan KAMI juga menjadi kekurangannya. Beragamnya tokoh di dalam KAMI itu bagus sebagai forum. Namun ketika gerakan ini harus fokus hanya pada satu capres dan cawapres saja, perpecahan internal mungkin terjadi. Ditambah lagi satu perkara. Bisakah KAMI akhirnya mengalah mendukung capres 2024 yang potensi menangnya lebih besar, yang capres itu mungkin saat ini tak ikut barisan KAMI?" sebut Denny JA.
Skenario III
Ada pula prediksi dari Denny JA yaitu KAMI tidak akan jadi apa-apa. KAMI disebut bisa saja hanya menjadi penghias demokrasi negeri ini.
"Skenario ketiga, KAMI akan hadir sebagai bunga demokrasi belaka. Ia justru menjadi pemanis pemerintahan saat ini. Bahwa dalam pemerintahan Jokowi, toh hadir dan dibiarkan gerakan oposisi. Tentu sejauh tak ada hukum nasional yang dilanggar," sebut Denny JA.
"Dalam skenario ketiga, KAMI tak menjatuhkan Jokowi sebelum tahun 2024. KAMI juga tak berujung mendukung capres yang akan menang di tahun 2024. KAMI hadir sebagai gerakan moral belaka," imbuhnya.
Dugaan PDIP
Politikus PDIP Hendrawan Supratikno sempat melontarkan dugaan soal kelanjutan KAMI. Apakah KAMI bakal jadi ormas maupun parpol?
"Beberapa deklarator yang ada kami kenal dengan baik. Namun ada juga nama-nama 'langganan' yang selalu muncul di banyak forum serupa. Kita harus menanti rencana kerja setelah deklarasi, apakah akan berlanjut sebagai ormas, terus menjadi parpol, apa bagaimana. Masih harus kita tunggu," kata Hendrawan Supratikno kepada wartawan, Senin (17/8/2020).
Menurut Hendrawan, sebuah gerakan yang akhirnya menjadi ormas ataupun parpol sudah sering terjadi. Namun, jika KAMI menjadi ormas atau parpol, Hendrawan menilai posisi KAMI akan sulit karena banyak tokoh di parpol yang juga kritis.
Dugaan soal jadi parpol ini lalu dijawab KAMI. Kelompok itu menegaskan parpol bukan tujuan mereka.
"Tidak, kami tidak akan berubah menjelma menjadi partai politik maupun ormas. Seperti ini saja," kata Ketua Komite Eksekutif KAMI Ahmad Yani di Tugu Proklamasi, Menteng, Jakpus, Selasa (18/8/2020).
"Jadi pada akhirnya kami tidak mengklaim diri kami sebagai kelompok oposisi. Kami hanya menyampaikan pikiran kami, pandangan kami, penilaian kami terhadap situasi dan kondisi sebagai partisipasi kami sebagai warga negara yang melihat biduk perahu kapal Indonesia ini akan tenggelam," jelas Yani.
Yani juga menyebut KAMI menghindari politik praktis. Yani menambahkan KAMI tak berniat maju dalam Pilpres 2024.
Jadi kita tidak dalam kerangka politik. 2024 itu adalah kerangka dan kegiatan politik. Kita menjauhi kerangka dan kegiatan politik itu," tambahnya.(dtk)