Bocah Difabel Tulis Surat Menyentuh Ingin Sekolah, Ini Respons Ganjar

Bocah Difabel Tulis Surat Menyentuh Ingin Sekolah, Ini Respons Ganjar

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Seorang bocah difabel asal Blora, Alenda Primavea Dewi (11) menulis surat tentang keinginannya bersekolah kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Surat itu telah diterima Ganjar dan segera ditindaklanjuti.
"Sudah saya terima suratnya, juga sudah saya minta untuk ditindaklanjuti," kata Ganjar saat dimintai konfirmasi detikcom, Minggu (9/8/2020).

Ganjar menyebut upaya pengobatan Vea akan diperiksa dinas terkait. Pihaknya memastikan pengobatan Vea bakal dikawal.

"Hasilnya akan dikoordinasikan dengan Dinsos Kabupaten Blora dan Dinsos Provinsi Jateng. Kami monitor dan kawal," tegasnya.

Pihaknya juga mengaku sudah menginstruksikan Dinas Pendidikan Kabupaten Blora soal keinginan Vea sekolah. Sekolah yang sempat menolak Vea pun akan dimintai keterangan.

"Dan akan ditindaklanjuti dengan mendatangi SD Negeri Bangkle yang menolak, agar menerima keberadaan adinda Vea," tutur Ganjar.

Sebelumnya diberitakan, Vea mengalami gangguan pada tulangnya sehingga tidak bisa berjalan normal. Anak pasangan Gimin dan Adin Puji Utami itu terlahir prematur saat usia kandungan ibunya berusia 6 bulan 2 minggu.

Saat ditemui di rumahnya, Kelurahan Bangkle RT 03 RW 01, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Vea tampak lancar menjawab. Vea mengaku ingin sekali kakinya bisa digunakan untuk berjalan agar bisa bersekolah. Dia juga mengutarakan keinginannya kepada Ganjar lewat sepucuk surat yang dikirimkan pada Jumat (7/8) lalu.

"Pak Ganjar saya ingin kaki saya sembuh. Saya ingin sekolah," tulis Vea seperti dilihat detikcom.

"Saya bisa menulis, bisa membaca dan juga berhitung," ujar Vea yang sudah lulus dari pendidikan TK itu.

Vea (11), bocah disabilitas yang sampaikan pesan ingin sekolah kepada Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Sabtu (8/8/2020). Vea (11), bocah disabilitas menulis pesan ingin sekolah kepada Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Sabtu (8/8/2020).

Ibu Vea, Adin menyebut putrinya itu banyak menghabiskan waktunya di kasur dan bermain dengan kucing peliharaannya. Akibat lahir prematur, pertumbuhan Vea pun berbeda dengan anak-anak seusianya. Pada usia 8 tahun, kata Adin, Vea baru bisa mengangkat punggung dan bisa duduk.

Vea kemudian dimasukkan di pendidikan taman kanak-kanak (TK) dengan menggunakan kursi roda.

"Jadi Vea baru masuk TK saat usianya 8 tahun. Pas sekolah saya yang mengantar sambil membawa kursi roda," ungkapnya.

Menurut Adin, anaknya selama proses pembelajaran di TK mudah menangkap pembelajaran yang ada. Vea diketahui lancar membaca, bisa menulis dan berhitung.

Saat lulus dari TK pada usia 10 tahun, orang tuanya ingin menyekolahkan Vea di SD yang dekat dengan tempat tinggalnya. Namun ditolak secara halus sejumlah sekolah dan disarankan agar disekolahkan di SLB saja.

"Anak saya itu kan normal pemikirannya seperti anak pada umumnya, bisa baca tulis. Tapi hanya tidak bisa jalan," kata Adin.

Pada saat itu, Adin tidak putus asa agar anaknya bisa sekolah di luar SLB. Dia kemudian mendatangi ke sejumlah sekolah tapi hasilnya pun sama, semua sekolah itu menolak menerima Vea.

Hingga akhirnya pada 2019 lalu, Vea tidak disekolahkan. Begitu pun tahun ini, Vea kembali tidak sekolah.

"Saya trauma, takut ditolak lagi. Satu tahun ini tidak sekolah dan di rumah saja tidak pernah ke manapun," ujar Adin menceritakan kondisi Vea.

Adin mengaku, saat ini ingin fokus pada pengobatan anaknya agar bisa sembuh. Hatinya terasa teriris melihat anaknya hanya bisa terbaring, dan kalau pun ingin beraktivitas hanya keluar masuk kamar ke ruang tamu dengan merangkak.

Dia menyampaikan, dirinya pernah disarankan bidan agar ke terapi yang memungkinkan kaki anaknya paling tidak bisa untuk berdiri. Saran tersebut hingga sekarang belum bisa dilakukan karena Adin mengira biayanya mahal.

Sementara ayah Vea, Gimin, hanya bekerja sebagai buruh bangunan. Rumah yang ditempatinya saat ini pun mengontrak sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan pengobatan.(dtk)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita