Demikian disampaikan analis politik Universitas Nasional (Unas) Andi Yusran saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Senin malam (24/8).
Andi Yusran menjelaskan, Sandiaga Uno dan AHY merupakan sosok yang layak diakomodasi untuk bergabung dalam kabinet Indonesia Maju. Apalagi, melihat kinerja pembantu Jokowi yang sudah hampir setahun nampak kurang maksimal.
"Reshuffle sejatinya menjadi keniscayaan melihat kinerja kabinet ‘berapor merah’ terutama kementerian yang terimbas oleh pandemik Covid-19. AHY dan Sandi memang layak diakomodasi ke dalam kabinet, namun keduanya memiliki resistensi yang cukup tinggi terutama resistensi dari elit PDI-P," demikian pendapat Andi yusran kepada Kantor Berita Politik RMOL, Senin (24/8).
Lebih lanjut, dalam analisa Doktor politik Universitas Padjajaran ini, jika Jokowi berani keluar dari resistensi PDIP, maka akan menunjukkan bahwa presiden dua periode ini tidak memiliki beban politik.
Mengingat, Sandiaga Uno dan AHY adalah figur potensial yang berpotensi menjadi kompetitor PDIP. Partai berlambang banteng moncong putih ini tidak dapat kembali mengusung Jokowi pada pemilihan presiden (Pilpres) 2024 mendatang.
"Jika Jokowi bisa mengakomodasi AHY dan Sandi ke dalam kabinet, maka ini bisa memberi sinyal bahwa Jokowi memiliki independensi dan keluar dari tekanan dan kepentingan elite yang mengelilinginya," pungkas Andi Yusran.
Isu perombakan kabinet sempat kembali mewarnai publik usai Ketua Indonesian Police Watch, Neta S. Pane mengaku mendapatkan informasi soal rencana perombakan kabinet secara besar-besaran. Saat itu Neta mengklaim orang dekat Istana memberikan informasi bahwa Jokowi akan menganti 11-18 menterinya.
Isu perombakan kabinet itu kemudian diluruskan oleh Menteri Sekretaris Negara, Pratikno pada Sabtu (22/8) lalu. Kata Pratikno, sampai saat ini belum ada rencana perombakan kabinet.
Presiden, dijelaskan Pratik sedang fokus melakukan penanganan pandemik virus corona baru (Covid-19). (*)