GELORA.CO - Kerapatan Indonesia Tanah Air (KITA) yang diklaim sebagai gerakan moral oleh sejumlah tokoh yang dulu mendukung Joko Widodo-Maruf Amin di Pilpres 2019 dinilai berbeda dari Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI).
Direktur Eksekutif Indonesia Future Studies (Infus) Gde Siriana Yusuf mengamini penilaian tersebut. Karena menurutnya, semangat gerakan KITA tidak menunjukan sense of crisis atau kepekaan dalam menangani ancaman krisis akibat virus corona baru (Covid-19).
"Respon kelompok-kelompok pro rezim menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki sense of crisis atas fakta yang sedang berjalan saat ini, dan tidak peduli tentang masa depan Indonesia," ujar Gde Siriana saat dihubungi Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (21/8).
Sebaliknya, aktivis Bandung Initiatives ini memandang gerakan KAMI yang diinisiasi oleh sejumlah tokoh nasional non pendukung pemerintahan sejak Pilpres 2019 lalu justru memiliki keprihatinan atas kondisi yang tengah dihadapi bangsa sekarang ini.
Bahkan menurutnya, tuduhan-tuduhan yang disematkan kepada KAMI adalah sesuatu yang salah. Misalnya, tuduhan mengenai rencana pemkzulan Presiden Joko Widodo hingga meminta jabatan menteri kabinet yang nanti diwacanakan akan dilakukan reshuffle.
"KAMI jauh dari perbuatan makar, karena ini (gerakan) merupakan respon kegelisahan dan keprihatinan tokoh-tokoh masyarakat atas situasi negara dalam berbagai tatanan ekonomi, politik, hukum, sosial budaya dan lain-lain," ungkap Gde Siriana.
Oleh karena itu, Gde Siriana berkesimpulan gerakan KITA secara tidak langsung telah menjadi kepanjangan tangan pemerintah yang belum bisa memberikan harapan besar untuk merubah kondisi krisis menjadi peluang.
"Mereka masih asyik saja menjadi tangan-tangan rezim dalam melakukan retorika politik, sementara Negara harus diselamtkan segera dan rakyat butuh kondisi ekonomi yang memberi harapan peningkatan kesejahteraan," demikian Gde Siriana Yusuf menutup. (Rmol)