GELORA.CO - Fuad Benardi, Putra Sulung Tri Rismaharini mendeklarasikan diri sebagai Bakal Calon Wakil Wali Kota (Bacawawali) di PDI Perjuangan. Pengamat Politik Universitas Airlangga, Suko Widodo menyebut, Fuad masih kurang modal sosialnya.
"Kalau orang Jawa ngomong, bondhone kurang. Modalnya kurang," kata Suko kepada detikcom, Minggu (16/8/2020).
Suko menjelaskan pengartian modal bukanlah soal materi. Melainkan modal sosial, pengalaman hingga relasi. Fuad dinilai masih minim modal tersebut.
"Sangu (modal) itu modal sosial dan perlu terjun ke masyarakat. Mas Fuad kurang di situ," imbuhnya.
Menurut Suko, pengalaman Fuad selama ini memimpin Karang Taruna Surabaya dinilai tidak sebanding dengan memimpin birokrasi pemerintah.
"Mimpin karang taruna itu kan cenderung hal mudah, bukan hal sulit. Itu organisasi yang mudah dipimpin. Konteksnya jauh beda kalau jadi wali kota atau wakilnya. Mimpin birokrasi jauh-jauh lebih sulit," jelas Suko.
Suko tidak yakin dengan peluang Fuad akan mendapat rekomendasi dari DPP untuk bergandengan dengan Eri Cahyadi yang selama ini disebut anak emas Risma. Apalagi selama ini, Suko melihat Fuad jarang melakukan komunikasi politik dengan partai khususnya PDIP walau dirinya kader.
"Saya kira kok sulit ya dan perlu riset juga kalau Eri sama Fuad maju. Karena begini modalnya (Fuad) saja kurang. Ini bukan modal uang ya, tapi sosialnya. Elektabilitasnya. Tapi dari sisi milenial, itu hal bagus bahwa dia mau mendeklarasikan diri maju. Itu juga hak politiknya," terangnya.
Tetapi, Suko menyakini, apa yang dilakukan Fuad sudah direstui oleh Risma. Suko juga mengacungi jempol keberanian Fuad mendeklarasikan diri sebagai Cawawali.
"Dari keyakinan saya Mas Fuad sudah diizinkan Bu Risma. Yang jelas rekom PDI Perjuangan di Surabaya yang tahu hanya tuhan dan Bu Mega. Tapi bagus lah itu Mas Fuad mau deklarasi. Kalau soal dinasti kan tergantung, wong masih bacawawali," pungkasnya.(dtk)