GELORA.CO - Perkembangan politik nasional belakangan makin jauh dari nilai demokrasi sejak Indonesia dipimpin Presiden Joko Widodo selama berjalan dua periode.
Perkembangan politik nasional kian jauh dari spirit demokrasi. Tidak berlebihan bila saya katakan hasil pembangunan politik di masa Pak Jokowi memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia," kritik politisi senior Amien Rais di akun Instagramnya, Rabu malam (12/8).
Di masa pemerintahan Jokowi, Amien Rais melihat demokrasi terbelenggu dengan adanya kecurigaan serta ketakutan yang diperlihatkan pemerintah terhadap umat Islam yang bersikap kritis kepada rezim.
"Ini begitu jelas kita rasakan. Kriminalisasi, demonisasi, dan persekusi terhadap para ulama yang ber-amar ma'ruf nahi mungkar telah menjadi rahasia umum," sambungnya.
Sebagai presiden, kata Amien Rais, seharusnya Jokowi berpikir untuk terus bekerja demi rakyat, bukan menjadi pemimpin partisan demi sekelompok orang.
"Politik partisan ini tidak bisa tidak, cepat atau lambat membelah bangsa Indonesia. Tidak boleh seorang presiden terjebak pada mentalitas koncoisme," tegas mantan Ketua MPR RI ini.
Hal yang nyata ia contohkan yakni pada saat peristiwa unjuk rasa marathon yang dimulai pada 4 November 2016 silam atau yang dikenal dengan aksi bela Islam.
Unjuk rasa damai, tertib, bersih, dan bertanggung jawab. Tiga orang utusan mereka ingin bertemu dengan Pak Jokowi, tapi menunggu dari pagi sampai larut senja, Pak Jokowi seharian meninggalkan istana, alasannya ada urusan teknis di bandara Soekarno-Hatta," kenang Amien Rais yang turut serta dalam aksi bela Islam.
"Sampai sekarang, penyakit kulit yang bernama partisanship tetap menjadi pegangan rezim Pak Jokowi dalam menghadapi umat Islam yang kritis terhadap kekuasaannya," tutupnya. (Rmol)