Namun baru-baru ini, tokoh yang sudah malang melintang menduduki jabatan strategis sejak pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid hingga periode pertama Presiden Joko Widodo melakukan pertemuan dengan Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD.
RR, sapaan akrab Rizal Ramli sendiri mengaku bila pertemuannya tersebut terjadi karena keduanya memang sudah bersahabat sejak lama.
“Barusan ketemu sohib lama, Mas Mahfud MD. Ngalor ngidul cerita happy-happy zaman Gus Dur,” tegasnya dalam akun Twitter pribadinya, Minggu (19/7).
Pun demikian dengan Mahfud MD yang mengatakan bahwa pertemuannya dengan Rizal Ramli membahas banyak hal, mulai dari situasi politik, hukum, hingga ekonomi Tanah Air terkini.
"Membaca potret bangsa dan negara sejak era Orba sampai dengan sekarang. 'Masalah kita selalu berulang'. Kita perlu tata politik yang demokratis dan tidak koruptif," kata Mahfud yang pernah menjabat sebagai Menteri Pertahanan era Presiden Gus Dur.
Di sisi lain, aktivis Jaringan Aktivis Pro Demokrasi (ProDEM), Adamsyah Wahab atau Don Adam menilai manuver yang selama ini dilakukan mantan Menko Perekonomian era Presiden Gus Dur itu membuat Istana pusing.
"Zig-zag Bang RR membuat pusing Istana. Hahaha," kata Don Adam di akun Twitternya.
Belum lama ini, atau sebelum pertemuan dengan Mahfud MD, RR mengkritik cara pemerintah dalam mengatasi masalah utang luar negeri yang nyaris menembus Rp 6 ribu triliun.
Rizal Ramli meyakini banyak cara bisa ditempuh jika para pejabat di negeri ini mau kreatif berpikir dan bertindak. Tidak melulu mengandalkan jurus yang terbukti gagal.
“Apa iya ndak ada yang bisa dikerjakan untuk mengurangi utang? Kreatif dikit lah, jangan kelas kasir doang. Buat bayar bunga utang aja, mesti ngutang, payah ndak tuh?” kritik RR.
Tak hanya mengkritik, sosok yang juga pernah menduduki kursi Menko Kemaritiman ini turut memberi saran dalam mengatasi beban utang negara. Salah satu sarannya adalah dengan melakukan negosiasi dan renegosiasi atas utang luar negeri. Negosiasi ini bertujuan untuk memotong besaran utang.
Hal itu bukan tidak mungkin dilakukan. Terbukti saat dia menjabat sebagai Menteri Keuangan di era Gus Dur, langkah ini berhasil dilakukan dan mampu mengurangi beban utang Indonesia.
Kala itu, RR melakukan negosiasi dengan Jerman dengan kompensansi Indonesia harus menyediakan lahan untuk konservasi. Kesepakatan potong utang hingga 600 juta dolar AS tercapai dalam pertemuannya dengan Menkeu Jerman.
Sementara Indonesia hanya diminta menyediakan 300 ribu hektare lahan di Kalimantan buat konservasi. (rmol)