Dia menjelaskan, ciri khas komunis yang membenci ulama dan berupa memecah belah bangsa, tergambar jelas dari aksi pembakaran baliho Rizieq.
"Umat Islam yang menghormati HRS tidak bisa menerima, karena sebuah perlakuan biadab yang dilakukan oleh kelompok bermental komunis gaya baru beserta pendukungnya yang selalu menjadi pemecah belah bangsa, ini ciri khas orang-orang PKI mulai tampak, komunis itu jahat terhadap alim ulama, dan umat Islam," kata Martak dalam pesan singkatnya kepada jpnn, Kamis (30/7).
Namun, Martak tidak mau memperinci kelompok bermental komunis yang menjadi dalang pembakaran baliho. Dia berharap, penyidik bisa menuntaskan pengusutan kasus pembakaran baliho tanpa pelaporan kepolisian.
"Siapa sebenarnya manusia-manusia berwatak komunis tersebut yang tidak jelas asal usulnya? Kami GNPF Ulama sedang menanti sikap aparat yang profesional," beber dia.
Polisi, kata dia, bisa melakukan pengusutan kasus baliho seperti menyidik kasus pembakaran bendera milik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Ketika kasus pembakaran bendera, polisi segera memanggil pelaku meskipun tidak ada pelaporan.
"Bila fokus terhadap keamanan dan ketenangan bangsa dan negara, seharusnya sudah bertindak tanpa menunggu ada yang melapor segala. Seperti aksi pembakaran bendera salah satu partai, satu hari setelah aksi, korlap dan wakilnya sudah diminta keterangan tanpa ada pelapor dan surat panggilan," beber dia.
Lebih lanjut, kata Martak, umat tidak akan diam atas kejadian pembakaran baliho Rizieq. Mereka tidak akan diam atas pembakaran baliho yang menghina Rizieq.
"Habib Rizieq Syihab itu sangat banyak pengikutnya loh. Hati-hati jangan merasa berani depan umum, tetapi tidak menghitung resiko," ungkap dia. (*)