Utang Indonesia Nyaris Rp6.000 Triliun

Utang Indonesia Nyaris Rp6.000 Triliun

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Bank Indonesia mengumumkan posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia pada akhir Mei 2020 sebesar USD404,7 miliar atau Rp5.868 triliun (kurs Rp14.500/USD). Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Onny Widjanarko mengatakan posisi ULN tersebut tetap terkendali dengan struktur yang sehat.

“Utang tersebut terdiri dari ULN sektor publik (pemerintah dan bank sentral) sebesar USD194,9 miliar dan ULN sektor swasta (termasuk BUMN) sebesar USD209,9 miliar,” jelas Onny dalam keterangan resmi, Jumat(17/7).

Dia mengatakan ULN Indonesia tersebut tumbuh 4,8 persen secara tahunan (year on year), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada April 2020 sebesar 2,9 persen secara tahunan.

Perkembangan ULN tersebut dipengaruhi oleh transaksi penarikan neto ULN, baik ULN pemerintah maupun swasta.

“Selain itu, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga berkontribusi pada peningkatan ULN berdenominasi rupiah,” tambah Onny.

Onny menjelaskan bahwa ULN pemerintah meningkat dibandingkan bulan sebelumnya, dengan posisi ULN pemerintah pada akhir Mei 2020 tercatat sebesar USD192,1 miliar atau tumbuh 3,1 persen secara tahunan.

Dia menambahkan bahwa perkembangan tersebut terutama dipengaruhi oleh arus modal masuk pada pasar Surat Berharga Negara (SBN) seiring dengan meredanya ketidakpastian pasar keuangan global dan tingginya daya tarik aset keuangan domestik, serta terjaganya kepercayaan investor asing terhadap prospek ekonomi Indonesia.

“Sentimen positif ini membawa pengaruh pada turunnya tingkat imbal hasil SBN sehingga biaya utang pemerintah dapat ditekan,” lanjut dia.

Onny menekankan bahwa pengelolaan ULN pemerintah dilakukan secara hati-hati dan akuntabel untuk mendukung belanja prioritas yang saat ini dititikberatkan pada upaya penanganan wabah Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional.

Sektor prioritas tersebut mencakup sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (23,4 persen dari total ULN pemerintah), sektor konstruksi (16,4 persen), sektor jasa pendidikan (16,3 persen), sektor jasa keuangan dan asuransi (12,6 persen), serta sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (11,6 persen).

Sementara itu, ULN swasta pada akhir Mei 2020 tumbuh sebesar 6,6 persen secara tahunan, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 4,4 persen secara tahunan.

Peningkatan ULN swasta didorong oleh ULN perusahaan bukan lembaga keuangan yang meningkat sebesar 8,9 persen secara tahunan, di tengah kontraksi ULN lembaga keuangan sebesar 0,8 persen (yoy).

“Beberapa sektor dengan pangsa ULN terbesar yang mencapai 77,3 persen dari total ULN swasta adalah sektor jasa keuangan & asuransi, sektor pertambangan dan penggalian, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas & udara dingin (LGA), dan sektor industri pengolahan,” ujar Onny.

Dia mengatakan rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir Mei 2020 sebesar 36,6 persen, sedikit meningkat dibandingkan rasio pada bulan sebelumnya sebesar 36,2 persen.

“Meskipun meningkat, struktur ULN Indonesia tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang dengan pangsa 89,0 persen dari total ULN,” tambah Onny.(*)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita