Kuat dugaan pertemuan itu menyangkut suksesi Kepala Badan Intelijen Negara (BIN). Sebab ini bukan yang pertama kali “jago” NU memimpin lembaga telik sandi.
Untuk diketahui, sebelumnya Wakil Ketua Umum PBNU As’ad Ali pernah menduduki jabatan sebagai Wakil Kepala BIN. Bahkan sejak awal berdirinya, lembaga telik sandi ini dipimpin oleh sipil, yakni Dr Subandrio.
Menurut tokoh pemuda Islam Dr Dian Assafri, Soekarno sudah jauh berpikir ke depan dalam membangun intelijen Indonesia, dan faktanya diikuti oleh negara-negara maju, seperti Mossad di Israel, M16 di Inggris, KGB di Rusia, dan CIA di Amerika Serikat. Bahkan Presiden AS saat itu, George Bush adalah mantan Direktur CIA.
Dian mengatakan, pada masa Presiden KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, menjalankan pemikiran Bung Karno dengan mengangkat As’ad Ali sebagai Wakil Kepala BIN.
“Jadi, kalau PBNU mendukung tokoh sipil di BIN, ini sudah ada preseden atau yurisprudensinya, dan dasarnya adalah kebutuhan bangsa,” ujar Dian Assafri di Jakarta, Rabu (22/7).
“Banyak perjalanan hidup dan prestasi beliau yang tidak dibuka, kini saatnya seluruh masyarakat Indonesia mengetahui siapa sebenarnya Suhendra, dan apa yang beliau lakukan bagi republik ini. Semua dilakukan dengan senyap atau solo silent, mulai menyelamatkan Indonesia dari Mahkamah International, suksesi Jokowi, hingga juru damai Thailand selatan, serta sederet prestasi lainnya,” lanjut Dian.
Dalam pertemuan itu, Suhendra mengaku lebih banyak mendengar dan menerima nasihat dari Said Aqil yang ia sebut sebagai salah satu tokoh yang sangat ia hormati.
“Prinsipnya, sami’na wa ato’na (mendengar dan manaati) petuah beliau. Mudah-mudahan pertemuan itu menjadi doa bagi 120 juta nahdliyin. Amin,” kata Suhendra. (*)