GELORA.CO - Program Organisasi Penggerak (POP) yang digagas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah membuka fakta baru. Salah satunya sebagaimana diungkap Ketua Lembaga Pendidikan Maarif Nahdlatul Ulama (NU), Arifin Junaidi.
Dia menilai bahwa keluarnya beberapa organisasi besar pendidikan di Indonesia dari POP membuktikan bahwa Mendikbud Nadiem Makarim benar tidak mengetahui soal sejarah pendidikan di Indonesia.
Pernyataan Arifin didasarkan pada statement yang disampaikan Nadiem Makarim saat keluar dari Istana Negara sebelum ditunjuk menjadi menteri.
“Dia (Nadiem) bilang, dia hanya tahu masa depan, tidak (tahu) masa lalu, termasuk dalam bidang pendidikan. Ini terbukti kan, masa lalu organisasi yang berjalan di kegiatan pendidikan Indonesia, dia tidak tahu,” ungkap Arifin dalam sebuah diskusi virtual, Sabtu (25/7).
Menanggapi Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Fadli Zon mengingatkan arti pentingnya mempelajari sejarah.
Singkatnya, dia ingin mengatakan bahwa sejarah penting diketahui untuk merumuskan masa depan sebuah peradaban.
“Mereka yang tak tahu sejarah masa lalu, tak mungkin tahu apa yg terjadi masa kini. Mereka yg tak tahu apa yg terjadi masa kini, tak mungkin bisa merancang masa depan,” tegasnya dalam akun Twitter pribadi, Minggu (26/7).
“Semua berhubungan,” tutupnya.
Program Organisasi Penggerak (POP) menjadi polemik lantaran organisasi besar yang sudah malang melintang di dunia pendidikan tanah air ramai-ramai mengundurkan diri. Di antaranya, Muhammadiyah, NU, dan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). [rmol]