GELORA.CO - Kontestasi Pilwalkot Solo yang akan digelar Desember mendatang dinilai sebagian kalangan tidak memiliki 'aura demokrasi'. Pasalnya Pilwalkot kali ini sepi dari calon. Bahkan potensi terjadi kotak kosong cukup besar.
Sejauh ini hanya baru ada satu pasangan calon dari yang sudah mendapatkan rekomendasi PDI Perjuangan. Yakni pasangan Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa.
Sedangkan dari partai-partai lain tak kunjung terlihat mengusung calon sendiri. Mereka justru memilih merapat ke calon yang diusung PDIP Solo. Kecuali PKS yang sejauh ini belum menentukan sikapnya.
Memang masih ada pasangan calon dari jalur indepanden, Bagyo Wahyono-FX Supardjo (Bajo), yang juga ikut mendaftar dalam bursa pilwalkot mendatang. Namun saat ini proses verifikasi faktual masih berjalan.
Terkait peluang terjadi kotak kosong, inisiator Gerakan Rakyat Untuk Daerah Kota Surakarta (Garuda), Kusumo Putro, menyebut kehadiran sosok Gibran yang merupakan putra dari Presiden Joko Widodo, bisa dikatakan Pilkada Solo telah selesai sebelum waktunya
"Pilkada Solo menjadi kurang menarik dan tidak semarak dan bukan ajang Pesta Demokrasi yang sesungguhnya," jelas Kusomo Putro, Kamis siang (23/7).
Dan miliaran rupiah uang rakyat yang diambil dari APBN hanya untuk membiayai Pilwalkot yang sudah jelas diketahui siapa pemenangnya.
"Jika memang hal itu benar, maka Pilwalkot Solo tahun 2020 adalah paling sunyi sepanjang sejarah Pilwalkot yang pernah digelar di kota Bengawan," tegasnya.
Tidak adanya calon selain dari PDIP, sebenarnya membuka jalan bagi calon independen, pasangan Bajo, untuk lolos dalam verifikasi demi menghindari pilwalkot melawan kotak kosong. Namun syarat untuk bisa lolos juga sangat berat.
"Syarat minimal dukungan untuk Bajo bisa maju dalam Pilkada 2020 lewat jalur independen adalah 35.870 suara. Hasil verfak kemarin yang Memenuhi Syarat (MS) ada 28.629 orang. Artinya ada sekitar 7.241 dukungan Bajo yang Tidak Memenuhi Syarat (TMS) saat verifikasi," paparnya.
Sesuai peraturan dalam perbaikan yang ditunggu KPU sampai 27 Juli 2020, Tim Bajo harus bisa mengumpulkan dua kali lipat jumlah pendukung tersebut. Setidaknya untuk berjaga-jaga, Bajo harus menyerahkan minimal 15 ribu suara dukungan.
Untuk itu pihaknya berharap agar KPU Kota Solo harus bekerja maksimal, jujur, dan profesional dalam melakukan verifikasi data. Jangan pernah main mata dan main data dalam Pilwalkot mendatang.
Kami dari Garuda akan mengawasi kinerja KPU apakah amanah atau tidak mengemban kepercayaan rakyat," tandasnya. (Rmol)