Pekerja Seni Tangsel Berduka, Ratusan Juta Menguap Selama Pandemik

Pekerja Seni Tangsel Berduka, Ratusan Juta Menguap Selama Pandemik

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO -Bagi para pekerja seni, pandemik Covid-19 yang diikuti dengan pelarangan kegiatan yang memancing kerumunan, menjadi kondisi yang menyulitkan mereka. Karena itulah salah seorang pekerja seni di Tangsel mengunggah video keluh kesahnya di sebuah akun instagram @kabartangsel.

Dalam unggahan tersebut, sambil memeluk nisan bertuliskan 'Pekerja Seni Tangsel Berduka', pekerja seni yang diketahui bernama Emon mengeluhkan pemasukan yang berkurang drastis selama pandemik Covid-19.

Saat dikonfirmasi Kantor Berita RMOLBanten, Emon menceritakan bagaimana nasib pekerja seni di Tangsel selama pandemik Covid-19.

Menurut pekerja seni yang tergabung dalam grup dangdut Setereo Kendor (SK) ini, dampak dari Covid-19 sangatlah nyata. Karena, dari Mei hingga Juli banyak acara yang sudah di depan mata harus batal karena Covid-19.

"Yang jelas para pekerja seni seantero Jabodetabek tapi kita mewakili Tangsel semua, ini dampak terpuruknya sangat sangat nyata. Sebelum puasa, kita batal acara 15 titik, karena ada corona. Itu sebelum puasa ya, mau penutupan. Setelah lebaran, ini dari bulan Juni sampai Juli lebih dari 20 yang gagal," ujar Emon yang menjadi MC di grup dangdut SK, Sabtu (25/7).

Dari puluhan acara yang dibatalkan tersebut, Emon mengaku mengalami kerugian hingga ratusan juta. Bahkan, dampak itu ikut dirasakan keluarganya, di mana mereka harus menunda untuk sekadar membeli buku sekolah.

"Wah kalau kita satu kali job aja SK itu Rp 35 juta, dikalikan saja. Mata pencaharian kita cuma disitu, pas ada PSBB ada larangan ya sudah mati total. Bahkan kemarin nih anak saya, minta buku saja sampai ketunda enggak bisa, karena memang macet total keuangan untuk pekerja seni," terangnya.

Bila dibandingkan dengan pegawai bulanan yang masih menerima gaji tiap bulannya, pekerja seni seperti Emon yang mengandalkan hajatan atau resepsi pernikahan sebagai sumber pemasukan merasakan sekali dampak pandemik Covid-19.

"Ya kalau mungkin bidang-bidang lain yang biasa pegawai bulanan atau pedagang mungkin masih bisa berjalan. Kalau yang namanya pegawai seni termasuk itu yang tukang sewa tenda ataupun wedding semua itu sudah mati total, sudah enggak ada penghasilan sama sekali. Dari situ orang seni menghasilkan uang enggak bisa, kalau bukan dari jual suara atau pun nanggap orang hajatan," paparnya.

Dirinya mengaku sudah coba menyiasati mencari rupiah dengan melakukan streaming video. Namun, hal itu belum cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhannya.

"Justru bingung, sudah pusing. Paling kita solusinya kita diajak streaming di studio, hasilnya enggak seberapa. Penyanyi nyari relasi, minta lagu, entar ditransfer entar dibagi rata, ya begitu saja. Itupun kadang-kadang. Kacau dah orang seni di Tangsel betul-betul berduka," kata Emon.

Masih kata Emon, meski pemerintah memberikan bantuan pangan selama pandemik Covid-19, itu tidak terlalu berarti.

Emon justru menginginkan pemerintah kembali mengizinkan kegiatan pesta agar bisa mendapatkan pundi-pundi rupiah guna memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari.

"Makanya saya enggak terlalu bangga dibagiin (sembako) kayak begitu. Saya pengennya itu izin pesta dibuka, sekalipun nantinya ada istilah apa itu namanya new normal mungkin ada batasan-batasan kita siap ngikutin protokol kesehatan siap, yang penting ada izinnya dulu dibuka," tegasnya.

Emon sangat berharap kepada pemerintah untuk memperhatikan pekerja seni di Tangsel saat pandemi Covid-19 seperti ini.

Kemarin kita sudah ngasih surat pengantar diterima Komisi II DPRD Tangsel. Surat sudah diterima tinggal nunggu panggilan. InsyaAllah sih minggu-minggu ini," tutup Emon. (Rmol)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita