GELORA.CO -Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Demokrat dicoret dari daftar koalisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Menurut Ketua DPP PDIP, Djarot Saiful Hidayat, alasannya karena dua partai itu memiliki ideologi yang berbeda.
Kontan pernyataan itu membuat heran politikus PKS, Muhammad Nasir Djamil. Politikus asal Aceh itu pun mengingatkan bahwa kekuasaan itu tidak permanen.
“Kenapa kok ada pikiran seperti itu? Inilah problem kepartaian kita. Mau kasih ingat saja, kekuasaan itu kan bergilir, jangan sombong. Jadi, kehidupan ini kayak roda pedati, kadang di atas kadang di bawah,” kata Nasir kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (22/7).
Anggota Komisi III DPR RI ini menanyakan kepada Djarot maupun PDIP, ada masalah apa dengan Demokrat dan PKS. Pasalnya, selama ini PKS dinilai tidak memiliki masalah dengan partai banteng moncong putih itu.
“Ada masalah apa dengan Demokrat dan PKS? Tidak ada masalah ya kan? Kalau alasannya karena bukan koalisi pemerintahan, menurut saya itu alasan yang dibuat-buat saja. Koalisi atau tidak koalisi kan itu pilihan. Jadi bukan menyangkut dengan hal-hal ideologi,” katanya.
Nasir menyayangkan sikap Djarot yang menolak untuk berkoalisi dengan PKS dan Demokrat. Seharusnya, sebagai partai besar, PDIP memberikan pelajaran moral politik yang baik dan tidak menonjolkan permusuhan.
“Jadi, menurut saya kita harus mencontohkan kepada publik, bahwa kita bisa bekerja sama dengan siapapun, meski kita punya garis yang berbeda. Yang harus kita bangun kepada publik kan begitu. Jadi, parpol itu tidak boleh mengajarkan kepada publik soal permusuhan, jadi jangan dianggap musuh,” ucapnya.
Kita ini sama, di republik ini kita punya kedudukan yang sama. Karena itu, sangat disayangkan sebenarnya, kalau benar apa yang dikatakan Djarot itu sangat disayangkan. Kalau enggak mau kerja sama ada sesuatu berarti, kalau itu sampaikan saja,” tandasnya. (Rmol)