GELORA.CO - Pakar media sosial dari Drone Emprit, Ismail Fahmi membongkar soal perbincangan mengenai topik kue klepon tidak Islami yang ramai di media sosial.
Sebelumnya, jagat maya dihebohkan dengan postingan 'Kue Klepon Tidak Islami'. Hal ini membuat warganet di Twitter gempar dan bertanya-tanya mengapa kue tradisional klepon dianggap tak halal.
Berdasarkan hasil analisa, Ismail mengatakan pro-kontra kue klepon ini merupakan bentuk residu atau sisa-sisa dari persaingan Pilpres 2019. Bagi Ismail, topik kue klepon tidak Islami ini menyulut perdebatan antar kedua kelompok.
"Residu pilpres tampaknya masih sangat kuat. Perolehan suara yang tak jauh terpaut bedanya, jelas membuat dua cluster pro-kontra yang relatif seimbang pendukungnya. Ini tentu tidak mudah untuk dileburkan tanpa upaya serius. Setiap saat siap untuk saling 'serang'," ujar Ismail lewat akun Twitternya, Rabu (22/7).
Ismail mengatakan isu itu menyentuh dan mengangkat isu-isu atau karakter sensitif dan khas dari salah satu kelompok. Isu dianggap merupakan bahan bakar yang murah untuk membakar perbedaan antara kedua belah pihak.
"[kue klepon tidak islami] merupakan bahan bakar yang sangat murah dan mudah dibuat untuk memanaskan polarisasi kedua cluster residu pilpres tersebut," kata Ismail.
TREN AWAL DI INSTAGRAMDE menangkap postingan yang relevan dengan isu klepon ini dari Instagram, pada pukul 02:09 sehari setelahnya (21 Juli 2020).Berikutnya pelan-pelan mulai banyak postingan di IG ketika orang-orang sudah mulai berangkat kerja (jam 8 pagi). pic.twitter.com/yecq6Idl5D— Ismail Fahmi (@ismailfahmi) July 21, 2020
Hasil analisa Ismail menunjukkan bagi yang senang dengan isu kue klepon ini akan membuat postingan dengan kata kunci 'kadrun'. Mereka percaya bahwa kelompok kadrun adalah kelompok yang membuat isu ini.
"Sedangkan mereka yang curiga, kebanyakan mencari klarifikasi atau menuding kelompok lawannya yang membuat dan menggoreng sendiri," kata Ismail.
Ismail mengatakan dalam caption dituliskan seolah ini iklan orang jualan kurma. Hal ini membangun sentimen negatif kepada klepon. Ismail berasumsi jika usaha ini betulan, maka foto tidak akan diambil tanpa ijin.
Asumsi tersebut ia buktikan dengan melakukan penelusuran di berbagai mesin pencarian. Hasil penelusuran Ismail menunjukkan bahwa foto klepon dalam iklan itu adalah hasil stok foto, foto tersebut sudah tersebar di web. Penelusuran melalui Google menghasilkan satu foto yang sama digunakan di Pinterest.
Hasil penelusuran dengan mesin pencari Yandex maupun Tineye juga menunjukkan bahwa foto itu telah digunakan.
TinEye menemukan 7 sumber yang mirip. Ternyata foto yang sama sudah digunakan di banyak situs. pic.twitter.com/PpLKHxVHVn— Ismail Fahmi (@ismailfahmi) July 21, 2020
Ismail kemudian berusaha untuk menganalisa tren klepon di media sosial. Ia mengatakan tren ini banyak dibahas di Twitter, namun banyak juga yang membahas tren ini di Facebook.
Tren di Twitter terjadi pada pukul 16.00 WIB pada 21 Juli 2020. Ismail mengatakan tren klepon di Facebook sudah mulai dibahas terlebih dahulu, baru pelan-pelan tren tersebut naik di Twitter.
Salah satu yang cukup awal di IG yang ditangkap Drone Emprit adalah dari akun @kerjabersama_2periode. Foto yang sama dengan yang di Facebook tersebut diberi caption 'Kadrun klo dibiarin makin ngelunjak'. Ismail menjelaskan tren di Instagram dimulai pada pukul 02.09 pada 21 Juli 2020. Isu mulai naik ketika orang-orang sudah berangkat kerja atau pada pukul 08.00 WIB.
"Postingan-postingan berikutnya di atas nadanya serupa, yaitu menunjuk salah satu kelompok sebagai pembuat iklan tersebut," kata Ismail.
Salah satu yang cukup awal di IG yang ditangkap DE adalah dari akun @kerjabersama_2periode. Foto yang sama dengan yang di Facebook tsb di beri caption "Kadrun klo dibiarin makin ngelunjak, ...." pic.twitter.com/OtlcJGedpv— Ismail Fahmi (@ismailfahmi) July 21, 2020
Drone Emprit kemudian menemukan postingan awal di Twitter pada pukul 05.40 WIB dari akun @zsumarsono, lalu pukul 06:08 oleh @woelannnn, dan seterusnya hingga naik pesat pukul 10:27 oleh @jumianto_RK.
Top 5 Influencer awal di Twitter@jr_kw19, @jumianto_RK, @rahman_nashir, @mrsrachelin, dan @SammiSoh. pic.twitter.com/6XFhZVEqEL— Ismail Fahmi (@ismailfahmi) July 21, 2020
Berikutnya Ismail juga mengungkap cuitan yang paling banyak di retweet di awal-awal tren yang berasal dari akun @jr_kw19 dan @jumiantor-RK yang membahas soal adat istiadat nusantara dengan hal yang islami.
Most Retweeted AwalCuitan paling banyak diRT adalah dari @jr_kw19 yg membawa adat istiadat nusantara vs hal yang islami (saya cek postingan sudah dihapus, ternyata API Twitter masih ngasih).Lalu @jumianto_RK jg sama menyebut soal adat istiadat dan budaya nusantara disini. pic.twitter.com/3mTQ0t5FTL— Ismail Fahmi (@ismailfahmi) July 21, 2020
Pro-kontra telah terjadi di awal tren, tak semua warganet percaya dengan iklan penjualan klepon tak islami itu. Akun @al_diablos misalnya menduga rezim menggunakan trik pembenturan klepon dengan agama.
Untuk data sehari penuh, SNA (Social Network Analysis) memperlihatkan percakapan yang sangat ramai.
"Isu klepon ini tidak hanya jadi isu mereka yang pro-kontra (residu pilpres), tp juga akun-akun non blok seperti @TretanMuslim, @jawafess, @uusbiasaaja, @FiersaBesari, @pinotski, @andihiya, dan lain-lain," kata Ismail.
Ismail mengatakan akun @jawafess dan @FiersaBesari membuat lelucon dari tren ini ini untuk meredakan 'ketegangan'.
Sementara akun @ridwanhr mencoba mencari kebenaran toko yang katanya menjual kurma dengan menyudutkan klepon. Namun ia tidak menemukan toko penjual.
"Selain banyaknya cuitan yang mengamini flyer Klepon Tidak Islami tersebut, ada beberapa yang mencoba membangun klarifikasi. Seperti dari @pinotski yang share klarifikasi dari @ditut yang memotret pertama kali. Lalu @arieparikesit yang mencari sumber aslinya, dan tidak menemukan," kata Ismail.
Narasi Besar Tentang Klepon (1-5)Cuitan dari @Irenecutemom yang paling besar retweetnya, saat data ini dibuat. Isinya hanya gambar dg caption KUE KLEPON TIDAK ISLAMI. Cuitan ini ditanggapi secara negatif oleh netizen.Berikutnya @TretanMuslim yang mentwist jd humor. pic.twitter.com/V5kOYyBTOk
— Ismail Fahmi (@ismailfahmi) July 21, 2020
Disebutkan Ismail, analisa Drone Emprit mengambil data dari Online News, Twitter, Facebook Page, dan Instagram. Namun, data paling banyak diperoleh dari Twitter. Data dari Facebook pun menurutnya tidak sedikit, namun keterbatasan akses menyebabkan data terbatas dari platform media sosial itu. []