GELORA.CO -Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) seharusnya tidak perlu menggelontorkan dana milyaran untuk dua CSR perusahaan besar, Tanoto Foundation dan Sampoerna Foundation.
Buntutnya, kini Menteri Pendidikan Nadiem Makarim dikecam banyak kalangan lantaran kedua perusahaan itu masuk dalam daftar penerima dana Program Organisasi Penggerak (POP) Kemendikbud.
Sementara dua ormas Islam terbesar, NU dan Muhammadiyah memutuskan untuk mengundurkan diri lantaran program tersebut dinilai tidak jelas.
Begitu kata mantan Sekjen PKB Abdul Kadir Karding saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (24/7).
“Saya kira itu satu benang kusut yang harus diurai oleh Nadiem, kalau tidak maka saya kira kalau NU dan Muhammadiyah mundur itu problem besar untuk program ini,” ujarnya.
Dia mengingatkan Nadiem tentang peran dua organisasi besar Islam tersebut dalam dunia pendidikan tanah air selama ratusan tahun lamanya. Karding juga meminta Nadiem untuk berpikir kembali meminang Sampoerna dan Tanoto.
“Karena kalau mau jujur, kalau mau baca sejarah dan fakta hari ini, pendidikan di Indonesia ini selain digerakkan oleh negara, sektor kultur dan swasta itu Muhammadiyah dan NU, yang lain ada tapi tidak terlalu besar. Jadi saya kira harus dipikirkan kembali harus ada dialog kembali lah,” bebernya.
Karding mendesak Nadiem untuk mencabut dua CSR besar tersebut. Menurutnya, seharusnya Sampoerna dan Tanoto yang menyumbang untuk pendidikan Indonesia bukan malah negara yang memberikan mereka fasilitas.
“Kalau saya sih cabut saja bantuan pada perusahaan besar itu. Untuk apa? Enggak ada gunanya. Mereka yang harus bantu kita dong, saya kira gitu,” tutupnya. (Rmol)