Penulis: M Rizal Fadillah
Umat Islam serentak mengadakan aksi-aksi hampir di seluruh Indonesia. Menindaklanjuti Maklumat MUI. Isu kebangkitan neo PKI dan Komunisme melalui perundang-undangan menggerakkan aksi. Tekad untuk menekan pengambil keputusan agar mencabut atau membatalkan RUU sangat kuat. Aksi berkelanjutan sudah teragendakan.
Realita yang dihadapi adalah baik DPR maupun Pemerintah bergeming (unmoved). Hingga saat ini DPR tidak melakukan pencabutan atau pembatalan RUU HIP. Sementara Pemerintah alih-alih bersikap menolak pembahasan, justru mengajukan RUU baru tentang BPIP. Umat kecewa dan tidak dapat menerima penggantian RUU tersebut. Seruan MUI tidak didengar dan diabaikan.
MUI adalah lokomotif aspirasi dan perjuangan umat. Karenanya sikap MUI ditunggu oleh umat Islam. What next ?
Ada dua sasaran tekanan yaitu DPR sebagai inisiator RUU HIP. Ultimatum lebih keras mesti dikeluarkan MUI. Kedua, Pemerintah yang telah membelokkan perhatian dengan RUU BPIP. Terhadap hal ini MUI bukan saja layak untuk menolak keberadaan RUU BPIP tetapi juga mendesak Pemerintah agar membubarkan BPIP.
Sikap lebih tegas MUI dinilai penting untuk membuktikan bahwa Maklumat yang dikeluarkan itu bukan basa basi atau main main. MUI adalah lembaga keagamaan. Pengabaian atau pelecehan dinilai berhubungan dengan aspek keagamaan. Kemungkaran harus dicegah dan mengotak-atik kesepakatan ideologi itu dikategorikan sebagai kemungkaran berat.
Umat Islam diperlakukan tidak proporsional oleh rezim ini. Ada kebijakan peminggiran atau sekularisasi. Dari isu intokeransi, radikalisme, bahkan terorisme selalu mengarah pada umat Islam. Khilafah, jihad, kafir menjadi terma yang direduksi makna. Buku agama pun diobrak-abrik.
Saatnya MUI menempatkan diri sebagai lokomotif perjuangan umat. Umat Islam harus kembali berwibawa dan tidak bisa diperlakukan semena-mena. RUU HIP dan RUU BPIP menjadi batu ujian penyikapan serius. Masirah kubro adalah langkah yang ditunggu.
Maklumat hanya tinggal maklumat jika tidak menjadi washilah peningkatan kekuatan dan perlawanan umat. MUI adalah lokomotif. (*)