GELORA.CO - Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian membantah mengeluarkan pernyataan soal jenazah pasien positif Covid-19 dibakar. Ia berdalih bahwa itu hanya berdasarkan teori.
"Sama sekali saya tidak bilang soal jenazah Covid-19 dibakar di acara webinar yang dipublikasikan Puspen Kemendagri, Jakarta pada Rabu (27/7)," kata dia, usai Salat Jumat, di Masjid Alfatah Ambon, Maluku, Jumat (24/7).
Tito mengatakan acara webinar atau seminar via daring tersebut tengah mendiskusikan mengenai Covid-19 dan penanganannya.
Ia menyatakan pembakaran jenazah pasien itu didasarkan atas teori dalam sebuah penelitian yang menyebut bahwa Virus Corona akan mati bila jenazah dipanaskan pada suhu 36 derajat Celcius.
Saat jenazah pasien meninggal itu dipanaskan, lanjutnya, maka secara teori virus itu akan mati.
"Jadi itu menurut teori, bukan menurut saya, saya ingin klarifikasi tentang berita yang menurut saya dipotong saat acara webinar itu berlangsung,"ujarnya.
"Saya tidak pernah mengatakan seperti itu. Tidak pernah. Saat itu saya katakan adalah jenazah Covid-19 karena ada virus, maka seyogyanya menurut lab pada suhu 36 derajat virus akan mati. Karna virus mengandung lemak sehingga jenazah dibakar atau dikremasi," imbuh dia.
Teori itu, kata Tito, dapat menimbulkan pro dan kontra karena bertentangan dengan ajaran agama.
Saat acara webinar tersebut, Mendagri lebih menyarankan pemakaman jenazah positif corona (Covid-19) sesuai dengan ajaran dan kepercayaan yang dianut, namun tetap pada protokol kesehatan.
"Sesuai tata cara agama adalah jenazah pasien positif virus corona setelah dimandikan, disalatkan, kemudian dibungkus rapi dan dimakamkan di taman pemakaman umum yang bersifat kering sehingga virus tersebut tidak mengalir melalui saluran air,"tambah dia.
Sebelumnya, dalam webinar, Tito Karnavian menilai cara terbaik untuk menangani jenazah pasien positif Covid-19 yakni dengan cara dibakar.
"Yang terbaik, mohon maaf saya muslim ini, tapi secara teori yang terbaik ya dibakar, karena virusnya akan mati juga," kata dia.
Merespons hal itu, Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, menyatakan pembakaran jenazah Covid-19 juga tak sepenuhnya aman.
"Walaupun dibakar bisa tetap tidak aman jika saat proses perlakukan jenazah dari ruangan ke kamar jenazah atau proses transportasinya tidak memenuhi pedoman internasional," ujar dia.
Selain itu, belum ada penelitian bahwa penguburan jenazah Covid-19 bisa memicu penularan.
"Sejauh ini tidak pernah ada laporan atau riset yang menemukan adanya kontaminasi cairan jenazah ke air tanah atau tanah di sekitarnya dan menyebarkan infeksi," kata Dicky. []