Dia mengaku investor yang sudah siap mengembangkan 'harta karun' di Indonesia adalah China. Namun dirinya tidak ingin menyerahkan ke negeri Tirai Bambu ini demi menjaga iklim investasi nasional.
"Ini kita juga memang dilematis, karena rare earth kan paling banyak diproduksi di Tiongkok, Amerika sendiri begitu di banned oleh Tiongkok itu kelabakan juga. Nah investor yang paling cepat sekarang itu Tiongkok, nah kalau kita semua kasih Tiongkok nanti semua mental," kata Luhut dalam acara Investasi di tengah Pandemi secara virtual, Sabtu (25/7/2020).
'Harta karun' yang dimaksud ini adalah rare earth alias mineral tanah jarang. Komoditas satu ini diyakini mudah ditemukan di Indonesia.
Luhut mengatakan saat ini dirinya tengah mencari investor dari luar China demi memberikan kesempatan kepada negara lain yang berpotensi besar mengembangkan rare earth.
"Jadi kita ya memelihara ekuilibrium kita cari investor, apakah Amerika mau, kita coba atau yang lain," jelasnya.
Menurut dia, mencari investor pun tidak semudah membalikkan telapak tangan. Luhut bilang banyak banyak prosedur yang harus disepakati antara kedua belah pihak baik pemerintah maupun investor.
"Jadi kita harus melihat national interest kita, tidak sekedar hanya terima orang datang investasi, tidak begitu ceritanya. Ada perhitungan strategi kita, pertimbangan geopolitik sebelum memutuskan itu dan seberapa banyak yang akan kita berikan, nggak akan kita berikan semua," ungkapnya.
Dari catatan pemberitaan detikcom, pasir timah yang biasa diekspor ilegal dari Bangka Belitung (Babel) merupakan tempat untuk menemukan 'harta karun' ini. Di dalam pasir timah mengandung mineral tanah jarang.
Tanah jarang juga disebut memiliki harga yang tinggi, bahkan bisa dijual hingga 10 kali lipat lebih tinggi dibanding timah itu sendiri. Komponen satu ini bahkan bisa digunakan untuk partikel nuklir, untuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) hingga komponen elektronik.
"Tanah jarang atau rare earth ini mineral ikutan, dari proses pemurnian timah itu kan diayak istilahnya dimurnikan, dan mineral pasir itu mengandung tanah jarang atau monazite namanya," ujar Direktur Utama PT Timah kala itu, Sukrisno, Minggu (28/6/2015).
Tanah jarang bisa diproses menjadi 12 komponen, termasuk monazite, thorium, dan lainnya. Salah satu yang paling potensial untuk dijual adalah monazite, yang dikembangkan PT Timah dengan membangun sebuah pabrik kecil pengolahan tanah jarang.
Melihat potensi besarnya, Badan Geologi Kementerian ESDM akan melakukan survei potensi rare earth alias tanah jarang. Survei ini akan dilakukan tahun depan. (*)