GELORA.CO - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA mengeluarkan tujuh rekomendasi untuk pemerintahan Presiden Joko Widodo, salah satunya peringatan kemungkinan lahirnya krisis sosial, dan berujung pada krisis politik imbas wabah virus corona yang tak kunjung berakhir.
Rekomendasi dikeluarkan berdasarkan hasil survei terbaru yang dirilis kemarin, bahwa persepsi publik terhadap ekonomi telah berada di zona merah.
"Hati-hati lahirnya krisis sosial, dan berujung pada krisis politik. Dengan persepsi publik terhadap ekonomi yang berada di zona merah, maka saat ini publik seperti rumput kering yang mudah dibakar. Diawali dengan krisis kesehatan, ditambah krisis ekonomi, maka bisa berubah menjadi krisis sosial dan krisis politik," demikian rekomendasi pertama LSI Denny JA.
Rekomendasi lain adalah menyarankan pemerintah lebih hati-hati dan menahan diri untuk mengeluarkan kebijakan yang tidak populer. Terutama kebijakan yang makin membebani ekonomi rakyat.
Selanjutnya, LSI Denny JA merekomendasikan agar para elite yang berhadapan secara politik menunda dulu provokasi yang dapat membelah publik dan membuat mereka makin membara.
"Aneka bantuan sosial yang sudah diprogramkan secepatnya disalurkan dan harus tepat sasaran. Karena survei ini menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat membutuhkan bantuan tersebut pada tingkat yang kritis. Terutama pada mereka yang berasal dari kelas ekonomi bawah," demikian poin rekomendasi lain LSI Denny JA.
LSI juga menyarankan pemerintah mengajak influencer di masyarakat bekerja secara massif untuk mencegah penyebaran virus corona.
Saat new normal, LSI menyebut risiko penularan corona akan makin besar karena publik lebih aktif di ruang-ruang publik. Dalam kondisi demikian influencer elite harus dilibatkan untuk mengedukasi dan mengontrol protokol kesehatan.
"Misalnya para pemuka agama menyerukan dipatuhinya protokol kesehatan pada rumah ibadah masing masing. Rumah ibadah menjadi salah satu tempat penularan virus corona yang tinggi," ungkap LSI.
Rekomendasi itu berdasarkan hasil survei terakhir yang dilakukannya secara tatap muka pada 8-15 Juni 2020 dengan menggunakan 8 ribu responden di 8 Provinsi di Indonesia. Hal ini meresponi juga kekhawatiran publik terhadap kondisi ekonomi di Indonesia selama masa pandemi.
Sebelumnya, survei terbaru LSI Denny JA menemukan 74,8 persen responden menyatakan bahwa kondisi ekonomi mereka saat ini terpuruk jauh sebelum masa pandemi.
Hanya 22,4 persen yang menyatakan bahwa kondisi perekonomiannya tidak berubah, dan 2,2 persen lainnya menyatakan kondisi ekonomi menjadi lebih baik selama krisis ini.
Survei dilakukan secara tatap muka pada 8-15 Juni 2020, menggunakan 8.000 responden di 8 provinsi besar di Indonesia. Kedelepan provinsi tersebut yaitu Provinsi Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, dan Provinsi Bali.
Margin of error (Moe) dalam ini adalah dikisaran plus minus 2.05 %. Selain survei, LSI Denny JA juga menggunakan riset kualitatif (analisis media dan indepth interview), untuk memperkuat temuan dan analisa.
"Sepanjang LSI Denny JA melakukan survei opini publik sejak 2003, tak pernah ada kecemasan publik setinggi ini," demikian penutup survei LSI Denny JA.
"Pemerintah sebaiknya menghindari untuk membuat kebijakan yang makin memperburuk kondisi ekonomi warga. Kondisi masyarakat saat ini, ibarat rumput kering yang mudah terbakar. Persepsi publik berpotensi mengubah krisis kesehatan menjadi krisis sosial dan politik". (*)