GELORA.CO - Riwayat Blok Jongor, tempat pelacuran legendaris di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, telah usai. Lokalisasi yang berdiri di atas bangunan liar itu rata dengan tanah.
Saat pembongkaran tak ada perlawanan dari pemilik warung remang-remang (warem). Bahkan, sejumlah warem sudah ditinggalkan pemiliknya setelah mengetahui akan dibongkar.
Blok Jongor, tempat pelacuran legendaris di Desa Mundu Pesisir, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, yang berkamuflase menjadi warung kopi. Bangunannya sederhana. Rata-rata beratap asbes dan berdinding tripleks.
Masing-masing warung kopi memiliki sekat kamar. Jumlahnya empat sampai enam kamar. Kamar sederhana ini digunakan untuk praktik pelacuran.
Menurut tokoh masyarakat RT 4 RW 8 Blok Jongor Kalijaga Desa Mundu Pesisir Iyan Adrian pelacuran di Blok Jongor sudah terjadi puluhan tahun. Sejak 2000-an, masyarakat sekitar Blok Jongor menolak. Perjuangan masyarakat akhirnya didengar pemerintah.
"Alhamdulillah. Sudah lama ada. Awalnya tidak terang-terangan, sembunyi-sembunyi. Tapi, masyarakat sudah mulai curiga waktu itu," kata Iyan saat berbincang dengan detikcom di Blok Jongor, Sabtu (11/7/2020).
Menurutnya pelacuran mempengaruhi psikologis warga sekitar secara tak langsung. Bahkan, lanjut Iyan, membahayakan perkembangan anak-anak sekitar Blok Jongor.
Blok Jongor adalah satu di antara beberapa tempat prostitusi yang berkamuflase menjadi warung kopi. Bedanya, Blok Jongor tetap layani pria hidung belang sepanjang hari. Bahkan, saat bulan suci ramadan pun Blok Jongor tetap buka.
"Keterlaluan mereka-mereka (pemilik warem) ini. Ramadan tuh dia tetap buka. Kan keterlaluan," kata Iyan.
Iyan mengatakan mayoritas PSK dan pemilik warem di Blok Jongor merupakan pendatang. Iyan mengaku sering bermusyawarah dengan pemilik warem untuk tak membuka praktik pelacuran. Namun tetap tak digubris. Pemilik warem selalu mengelak.
"Mereka ngakunya jualan kopi. Dari dulu kita sudah berjuang. Musyawarah sudah sering, tapi tetap saja," katanya.
"Sebenarnya kalau dijadikan warung biasa atau tempat tinggal mah tidak masalah. Ini kan jadi tempat prostitusi, ini yang membuat kami menolak," kata Iyan menambahkan.
Sementara itu, Kepala Bidang Ketertiban Umum dan Ketenteraman Masyarakat (Tribuntranmas) Satpol PP Kabupaten Cirebon Iman Sugiharto mengatakan pembongkaran pelacuran Blok Jongor melalui sejumlah tahapan. Selain inspeksi mendadak, pihaknya mengaku menginvestigasi terlebih dahulu tempat tersebut.
"Kita punya bukti, termasuk saat kita razia. Kedua kita lengkapi dengan berita acara. Total ada 14 warung yang dibongkar," kata Ima saat berbincang dengan detikcom di kantornya di Jalan Sunan Kalijaga Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon.
Iman mengatakan 14 pemilik warung dan PSK mayoritas pendatang. "Mereka bukan penduduk asli Cirebon. Ya infonya mereka sudah balik ke daerah masing-masing," kata Iman.
Sebelumnya, Bupati Cirebon Imron Rosyadi mengaku tak akan menoleransi aktivitas prostitusi di Blok Jongor. Selain bangunan yang digunakan liar, Imron mengatakan bisnis prostitusi merupakan salah satu yang membahayakan masyarakat dan dibenci agama.
"Total ada 14 bangunan liar yang dijadikan tempat prostitusi. Yang tidak sesuai aturan tentu kami bongkar," kata Imron saat meninjau pembongkaran tempat prostitusi.
"Sudah 24 tahun (tempat prostitusi) ada. Maka, kami bersama masyarakat menertibkan tempat ini. Kedepannya akan terus monitor," kata politikus PDI Perjuangan itu menambahkan.
Sejak lama warga sekitar tempat prostitusi tersebut menolak. Bahkan, lanjut Imron, aparat setempat rutin merazia. Namun, aktivitas haram itu tetap dilakukan. "Kita juga akan koordinasi dengan Dinas Sosial (Dinsos) untuk penanganan selanjutnya. Jangan sampai ada lagi," ucapnya.
Setiap warem memiliki empat sampai enam kamar. Sekat kamar ini dibuat sederhana. Tak ada kasur, hanya tikar.(dtk)