Begitu ujar Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Studi Masyarakat dan Negara (Laksamana) Samuel F. Silaen kepada redaksi, Selasa (28/7).
“Mentoknya negosiasi antara Erick dan Adian akan semakin sengit, perang antar geng di kedua belah pihak semakin vulgar," ujar Silaen kepada wartawan di Jakarta.
Fakta yang tidak dapat dipungkiri kata Silaen adalah keduanya sama-sama punya andil dalam memenangkan pasangan Jokowi-Maruf di Pilpres 2019 lalu. Erick menjadi ketua tim kampanye, sementara Adian bergerak dari unsur relawan.
Sementara mengenai komisaris dan direksi di BUMN yang merupakan orang titipan sebagaimana disampaikan Adian merupakan rahasia umum. Awam melihat itu sudah lazim terjadi sebagai imbal balik perjuangan.
“Sebab jasa dibalas jasa itu hal yang lumrah saja,” ujarnya.
“Tak ayal perang terbuka antara kedua fanatisme akan semakin menganga lebar, karena kepentingan sekocinya,” sambung Silaen.
Erick Thohir dikritik karena telah membuat direksi dan komisaris di BUMN banyak yang “double job” alias jabatan rangkap. Langkah Erick itu disebut-sebut sebagai pengistimewaan “titipannya” di BUMN.
Sementara Adian merasa kelompoknya terdepak dari jabatan politis di BUMN. Diduga karena ulah Erick menempatkan konco-koncone masuk di BUMN.
“Karena itulah yang membuat Adian cs “mangkel” terhadap Erick Thohir," lanjut Silaen yang juga relawan pendukung Jokowi. (Rmol)