GELORA.CO - Sejatinya tak ada istilah orang tanpa gejala dalam kasus pasien yang kemudian dinyatakan positif virus corona baru (Covid-19).
Hal ini ditegaskan Jurubicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto saat menjadi pembicara di peluncuran buku ‘Menghadang Corona: Advokasi Publik di Tengah Pandemik’ milik politisi PAN, Saleh Partaonan Daulay di Gedung Nusantara I, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (10/7).
“Sakit itu yang gejalanya ringan, kalau di kalangan tanpa gejala, enggak ada orang tanpa gejala karena kami sudah cek,” tegas Yurianto.
Hal itu ia buktikan saat menanyakan kepada pasien positif Covid-19 yang menganggap remeh gejala virus asal Wuhan itu.
“Saya tanya badanmu, ya meriang-meriang pak. Enggak batuk? Ya kadang batuk dikit enggak papa pak, kan biasa asap knalpot. Keluhan sakit itu subyektif,” katanya.
Dokter kelahiran Malang, Jawa Timur ini pun menceritakan kebiasaan masyarakat di kampung halamannya. Warga di kampung, katanya, baru dinyatakan mengidap penyakit bila tidak bisa bangun dari tempat tidurnya dan tidak bisa bekerja seperti biasa.
“Tapi, kalau anak sekarang jerawatan aja ke dokter spesialis kulit, udah berobat ke Singapura. Persepsi sakit itu beda, kalau sakit tanpa gejala itu enggak ada. Pasti ada gejala," ucapnya.
Di sisi lain, ia merasa miris hingga kini masih ada masyarakat yang menganggap remeh gejala Covid-19 seperti batuk dan demam.
“Apa bahayanya? Begitu dia tidak merasakan sakit, tidak merasa membawa penyakit, apa yang terjadi dengan orang terdekatnya?" paparnya.
Selain itu, dia mendaparkan informasi ada seorang bayi yang baru lahir terkena Covid-19 usai digendong oleh keluarganya yang mengidap Covid-19. Namun mereka ngotot tidak memiliki gejala.
“Begitu kita lakukan penelurusan epidemologi, ternyata abis dibesuk oleh saudaranya yang positif. Mungkin enggak kita menjaga jarak dengan bayi yang lucu? Cium, gendong pastilah (dilakukan)," tandasnya. (Rmol)