GELORA.CO -Perintah AS agar China menutup konsulatnya di Houston selambatnya besok, Jumat (24/7) adalah keputusan yang tidak masuk akal dan bentuk provokasi. Staf di sana hanya diberi waktu 72 jam untuk meninggalkan negara itu sejak diumumkannya perintah tersebut.
Ini kegilaan AS yang berkali-kali mengejutkan.
Selain kedutaan, China dan AS memiliki lima konsulat di masing-masing negara (tidak termasuk konsulat AS di Hong Kong dan Makau), sesuai dengan prinsip timbal balik. Dalam kolom editorialnya, GT menuliskan bahwa jika secara mendadak AS menuntut penutupan salah satu konsulat China, apa lagi sebutannya selain kegilaan? Dan biasanya, ini akan mengatur ulang prinsip timbal balik kedua pihak.
“Bukankah AS sengaja menghancurkan hubungan China-AS?” tulis editorial itu.
Sejauh ini, Washington telah memberlakukan berbagai pembatasan terhadap diplomat dan jurnalis China yang berbasis di AS sejak 2019. Sekelompok media China didefinisikan sebagai "misi asing," dan beberapa wartawan Cina diusir dari negara itu. Tindakan AS itu telah melukai pertukaran personel China-AS. Ditambah dengan menutup konsulat China di Houston merupakan eskalasi serius dari situasi yang terjadi.
Sulit untuk menjelaskan pola pikir AS. Kolom editorial menjabarkan, berdasarkan apa yang Global Times pelajari, AS tidak memiliki alasan untuk menutup konsulat China di Houston. Sebuah rumor mengatakan bahwa karena Covid-19 China telah menolak untuk mengizinkan para diplomat AS untuk kembali ke China, dan langkah terbaru AS ini dimaksudkan untuk membalas.
Departemen Luar Negeri AS menyatakan bahwa AS menutup konsulat untuk melindungi kekayaan intelektual Amerika dan informasi pribadi orang Amerika. Editorial GT menyebutnya sebagai alasan yang lemah!
Dalam keadaan normal, China dan AS telah berbagi dalam perdagangan bilateral terbesar di dunia, serta melakukan pertukaran personel yang sangat aktif. Pandemik Covid-19 telah menyebabkan penurunan besar dalam pertukaran personel China-AS. Dengan menutup konsulat China di Houston, apakah AS menyatakan bahwa ia tidak lagi berharap untuk memperbaiki situasi epidemik dan mengembalikan pertukaran personel antara China dan AS?
“Itu sebabnya kami mengatakan langkah terbaru AS gila. Banyak orang percaya bahwa ini adalah cara lain pemerintahan Trump menciptakan ketegangan China-AS dan membantu upaya pemilihannya kembali,” tulis editorial itu.
AS berusaha menyalahkan segalanya pada China dan membuat pemilih AS, yang tidak memahami China dengan baik, percaya pada kata-kata Washington.
Pemilihan presiden pada November mendatang membuat Washington gelisah.
Saat ini mungkin dunia tahu bahwa AS telah membuka medan perang baru melawan China. Kementerian Luar Negeri China sangat mengutuk AS, dan membuat tanggapan tegas jika AS tidak memperbaiki kesalahannya.
Ada banyak tindakan balasan yang bisa diambil Tiongkok. Para analis umumnya percaya bahwa komunitas diplomatik internasional tidak akan terkejut saat China menutup salah satu konsulat AS di China.
“AS telah kehilangan kredibilitasnya. Ukuran konsulat China di AS tidak lebih besar dari kebutuhan pekerjaan rutin harian. Tidak satu pun dari konsulat ini yang memiliki ribuan diplomat dan karyawan, seperti halnya konsulat AS di Hong Kong dan Makau. Bukan rahasia bahwa AS menganggap konsulatnya di Hong Kong dan Makau sebagai benteng untuk menyerang China,” tulis editorial itu.
AS telah membuka medan perang diplomatik yang pasti akan kalah. Pemilihan presiden AS menelan biaya berupa kekuasaan di abad 21. Umat manusia, yang menginginkan perdamaian, stabilitas dan pembangunan, harus membayarnya.(rmol)