Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab mengatakan, laporan sterilisasi atau pemandulan paksa serta penahanan massal terhadap warga yang didominasi Muslim di Xinjiang membutuhkan perhatian dunia internasional. “Jelas bahwa ada pelanggaran HAM berat dan mengerikan yang terjadi. Itu sangat, sangat menyusahkan,” katanya kepada BBC, Minggu (19/7/2020), seperti dikutip kembali oleh AFP.
“Berbagai laporan dan aspek-aspek manusia di dalamnya, mengingatkan kita pada sesuatu yang sudah lama tidak kita saksikan. Dan ini dari anggota terkemuka komunitas internasional yang ingin ditanggapi dengan serius. Kami ingin hubungan positif (dengan China), tetapi kami tidak bisa melihat perilaku (China terhadap Uighur) seperti itu,” ujar Raab menambahkan.
Komentar sang menteri muncul di saat ketegangan antara London dan Beijing meningkat karena sejumlah masalah. Inggris pada Selasa (14/7/2020) lalu akhirnya tunduk pada tekanan berkelanjutan dari Amerika Serikat dan memutuskan untuk menghapus secara bertahap proyek dengan raksasa telekomunikasi China, Huawei, dari jaringan 5G-nya, meski ada peringatan pembalasan dari Beijing.
Inggris dan China juga berselisih atas pemberlakuan Undang-Undang Keamanan Nasional yang kontroversial di Hong Kong.
Duta Besar China di London memperingatkan pada Minggu ini bahwa negaranya akan memberikan respons tegas jika Inggris mengikuti langkah AS dalam memberikan sanksi kepada para pejabat China atas berbagai dugaan pelanggaran yang dituduhkan ke Beijing.
“Kami tidak pernah percaya pada sanksi sepihak, kami yakin PBB memiliki wewenang untuk menjatuhkan sanksi,” kata Dubes Liu Xiaoming kepada BBC.
“Jika pemerintah Inggris bertindak sejauh itu untuk menjatuhkan sanksi pada setiap individu di China, China pasti akan membuat respons tegas terhadapnya,” ucapnya. (*)