GELORA.CO - India dan China masih menjadi bahasan serius beberapa pengamat. Media-media India menulis negara itu perlu memperluas jaringan internasional, bahkan mungkin bergabung dengan Five Eyes.
Seperti yang dituliskan Times of India baru-baru ini dalam artikelnya yang menyarankan langkah-langkah yang harus diambil India dengan segera untuk menghadapi tantangan China.
Peneliti dari Universitas Tsinghua di Beijing, Qian Feng, mengatakan, hal itu mencerminkan sentimen garis keras India terhadap China.
“Orang-orang ini telah mengambil kasus bentrokan perbatasan terbaru antara pasukan India dan China untuk membuat sensasi perjuangan mereka,” katanya dalam artikelnya yang ditayangkan di Global Times.
Memang belum jelas apakah pemerintah India akan mengadopsi saran mereka. Kebijakan luar negeri India di masa lalu, terutama kebijakan Perdana Menteri India Narendra Modi, terlihat bahwa India semakin dekat ke Amerika Serikat.
Jikapun India bergabung dengan jaringan Five Eyes, tentu bukan untuk kepentingan India tokh. New Delhi selama ini berusaha menjadi kekuatan dunia utama. Memainkan peran kecil sebagai ‘saudara’ AS dalam jaringan tertentu bukanlah yang diincar India. Saran untuk bergabung dengan jaringan Five Eyes akan mendapat tentangan. India memandang bergabung dengan aliansi Five Eyes akan mengorbankan kemerdekaan dan otonomi.
Bahkan jika AS menerima India ke dalam aliansi anti-China pun, itu tidak akan membantu India melindungi kepentingan nasionalnya.
Saat ini, India tengah mesra dengan Rusia. Jika India bergabung dengan aliansi Five Eyes, hal itu terang-terangan menunjukkan bahwa hubungan China-India telah menjadi bermusuhan, dan ini berarti hubungan antara Rusia dan India telah berakhir. Rusia adalah ‘teman baik’ China.
Lagipula, pilihan-pilihan itu akan sulit dilakukan oleh pemerintah Modi dan itu tidak sejalan dengan kepentingan nasional India.
‘Bahkan, jika pemerintah India ingin bergabung dengan Five Eyes, sangat kecil kemungkinan bahwa aliansi itu setuju untuk menerima India,” tegas Qian Feng.
Dalam artikelnya itu ia menulis bahwa asal usul aliansi Five Eyes dapat ditelusuri kembali ke periode pasca-Perang Dunia II ketika Sekutu mengeluarkan Piagam Atlantik.
“Para anggota aliansi Five Eyes adalah negara-negara yang dipilih secara ketat yang memiliki warisan Anglo-Saxon. Hingga taraf tertentu, kedekatan dan hubungan tradisional aliansi Five Eyes telah melampaui NATO. Bahkan Jepang dan Korea Selatan, sekutu inti AS di Asia, tidak memenuhi syarat untuk bergabung dengan aliansi,” tulis Qian Feng, yang juga adalah direktur departemen penelitian di Institut Strategi Nasional.
Sementara, orang-orang India bukanlah keturunan Anglo-Saxon atau sekutu Amerika. Mereka juga tidak menjalin perjanjian kerja sama yang erat dengan negara-negara lain dalam aliansi ini.
“Dari perspektif domestik di India dan AS, hubungan mereka sebenarnya adalah permainan di mana kedua negara saling memanfaatkan. Faktanya, kedua negara memiliki perbedaan serius dalam perdagangan dan ideologi, terutama semakin banyak kritik dari Washington terhadap kebijakan agama Modi, dan juga waspada satu sama lain,” tulis Qian Feng.
Atas segala pertimbangan itu, bukan saran yang bagus membujuk India bergabung dengan aliansi Five Eyes atau Lima Mata.
Usulan itu mungkin hanya angan-angan oleh beberapa media dan komentator politik India,” tutup Qian Feng. (Rmol)