Menurutnya, Presiden Ketujuh RI itu justru mempraktikkan politik dinasti pada masa kekuasaannya.
Dedi mengatakan, hal serupa tidak dilakukan Presiden Keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang memimpin Indonesia pada periode 2004-2009 dan 2009-2014.
Ketika masih berkuasa, SBY yang kala itu memimpin Partai Demokrat justru tidak berupaya menempatkan dua putranya menjadi kepala daerah.
"SBY jauh lebih baik, meskipun sama-sama gagal menghentikan politik dinasti di luar dirinya," kata Dedi kepada jpnn.com, Sabtu (18/7).
Direktur eksekutif Indonesia Political Opinion itu menambahkan, Agus Harimurti Yudhoyono memang pernah ikut Pilkada DKI 2017. Namun, kata Dedi, putra sulung SBY itu ikut pilkada saat ayahnya sudah bukan presiden.
Dedi juga melihat karier AHY di militer tidak begitu moncer meski SBY menjadi presiden. “Karir militer AHY tidak lantas melejit meskipun putra presiden," jelas dia.
Sebaliknya, Jokowi yang sedang di puncak kekuasaan mengizinkan Gibran ikut Pilwako Surakarta, serta menantunya, Bobby Afif Nasution di Pilwako Medan.
"Kita bisa lihat bagaimana AHY masuk dalam karier politik sebagai calon gubernur DKI, itu terjadi saat SBY tidak lagi menduduki posisi kepala negara," kata Dedi. (*)