Gaptek Pendidikan Di Masa Pandemik Covid-19

Gaptek Pendidikan Di Masa Pandemik Covid-19

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

Oleh:Mira Tantriana, S.Pd
PANDEMIK Covid-19 sebagai fenomena baru dalam kehidupan memang telah banyak menggeser kebiasaan dalam interaksi sosial di tengah masyarakat tidak terkecuali dunia pendidikan. Sebagai salah satu sektor yang paling terdampak, pendidikan kita telah dipaksa beradaptasi dengan cara meniadakan pembelajaran tatap muka. Adaptasi itu diambil untuk meminimalisir ancaman wabah ovid-19-19 agar tidak menyasar dunia pendidikan terutama pendidikan tingkat dasar dan menengah.

Pemerintah memang telah menetapkan adaptasi kebiasaan baru atau new normal dengan membuka akses publik di bidang ekonomi, transportasi, dan sektor pemerintahan. Kebijakan itu belum diberlakukan penuh untuk sektor pendidikan karena dunia pendidikan memiliki karakteristiknya yang berbeda. Data UNESCO menyebutkan, total jumlah pelajar di dunia yang berpotensi berisiko terpapar Covid-19 dari pendidikan pra-sekolah dasar hingga menengah atas kurang lebih 577.305.660. Di Indonesia, lebih dari 68 juta siswa terancam dan 530,000 sekolah ditutup. Kondisi ini tentu menimbulkan kecemasan dan kekhawatiran yang mendalam.

Namun demikian, selain menjadi  ancaman tersendiri, wabah corona telah menjadi katalisator hebat yang memacu dunia pendidikan kita untuk terlibat lebih banyak pemanfaatan teknologi pendidikan. Data dari Google Trends menunjukkan, pencarian istilah belajar dari rumah” dan istilah-istilah serupa mengalami lonjakan tajam. Ini mencerminkan peningkatan permintaan akses teknologi pendidikan yang semakin diperlukan. Indikator lain adalah peningkatan tajam lalu-lintas situs web dan pengunduhan aplikasi platform Education Technology (EdTech) sejak Februari 2020.

Kebutuhan akan teknologi pendidikan memang meningkat tajam tapi kondisi itu tidak balance dengan kapasitas kepekaan SDM Pendidikan kita dengan kemajuan teknologi itu sendiri. Guru dan murid terutama di wilayah pedesaan masih gagap dalam menggunakan teknologi pendidikan (EdTech). Kondisi itu terlihat jelas saat sistem pembelajaran kita dipaksa wabah COVID-19 untuk beradaptasi dengan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang notabene-nya berbasis teknologi informasi.

Guru dan murid kita bisa saja sangat mahir dalam membuat video Tiktok, posting poto instagram dengan editing termutakhir atau menggunakan fitur video call di aplikasi WhatApps tapi gelabakan saat diminta menggunakan Email, menyimpan data di google drive, mengkoversi hard copy kedalam bentuk digital atau sekedar membuat akun di aplikasi Ruang Guru dan Zoom Meeting. Sedangkan di tengah pandemik Covid-19 fitur-fitur yang berkaitan dengan teknologi pendidikan itu adalah kebutuhan wajib agar pergeseran metode belajar di tengah wabah Covid-19 dapat berlagsung dengan baik. Selain dukungan fasilitas teknologi seperti akses internet dan gadget.

Fakta empirik itu tidak dapat dimungkiri, kemajuan dunia teknologi informasi kita belum mampu meyentuh sektor dasar dunia pendidikan. Selama ini kita hanya menjadikan kemajuan teknologi sebagai bahan penunjang bukan sebagai kebutuha utama dalam proses belajar mengajar. Kondisi ini berbeda jauh dengan negara lain yang sejak awal sebelum wabah COVID-19 sudah menjadikan teknologi pendidikan sebagai fitur utama dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.

Orientasi sistem pendidikan kita belum padat teknologi, fakta itu terlihat bukan hanya saat wabah melainkan sudah berlangsung sejak lama. Salah satu faktor kesenjangan kualitas pendidikan kita dipengaruhi pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran yang tidak merata. Program-program pendidikan kita jarang membangun kolaborasi dengan pelaku teknologi informasi seperti komunitas-komunitas pengembang aplikasi teknologi terapan bidang pendidikan. Demikian pula dengan konten kurikulum yang kurang ramah teknologi informasi.

Peningkatan kapasitas tenaga pendidik seperti pelatihan dan lokakarya selalu dilakukan secara analog barulah sejak wabah COVID-19 kita dipaksa untuk menggunakan teknologi terapan dalam bidang pendidikan. Sistem peningkatan kapasistas pendidikan hanya sebatas sajian dasar teknologi seperti penggunaan microsft office dalam pelatihan-pelatihan. Akibatnya gagap teknologi baik guru maupun murid tak terhindarkan. Selama ini sistem pembelajaran kita tidak familiar dengan aplikasi-aplikasi terapan pendidikan seperti zoom meeting. Barulah sejak 3 bulan terakhir kita melek bahwa ada teknologi yang bisa digunakan untuk efesiensi waktu, tempat, dan biaya yang sangat dibutuhakan terutama disaat masa sulit seperti pandemi Covid-19.

Sistem pembelajaran jarak jauh yang diterapkan di era pandemi COVID-19 telah memberikan kita pembelajaran berharga. Bahwa kondisi sumber daya manusia pendidikan kita baik guru maupun murid masij jauh dari kata ideal apalagi berorientasi pada sistem digitalisasi pendidikan. Faktanya dunia pendidikan kita belum terlalu familiar dengan penerapan perkembangan teknologi informasi.

Andaikan kemajuan teknologi sudah merambah dunia pendidikan tentulah gagap teknologi pendidikan seperti penggunaan fitur-fitur teknologi pendidikan tidak akan menjadi masalah. Namun mirisnya, disaat sistem belajar beradaptasi akibat pandemi Covid-19-19 kondisi itu justru terjadi baik pada guru maupun murid, gagap teknologi pendidikan.

Tahun 2019 lalu Kementrian pendidikan dan Kebudayaan mencanangkan digitalisasi sekolah khususnya di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T). Digitalisasi Sekolah merupakan terobosan baru di dunia pendidikan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dalam berbagai aspek pengajaran. Sistem ini diyakini dapat mempermudah proses belajar mengajar, karena para siswa dan guru dapat saling dmengakses semua bahan ajar ataupun bahan ujian dalam satu jaringan. Tidak hanya itu, digitalisasi sekolah juga diharapkan mampu menjadikan insan pendidikan (guru, murid, dan tenaga pendukung) lebih bersahabat dengan teknologi pendidikan.

Program ini seharusnya menjadi prioritas dan dilakukan percepatan. Momentum wabah Covid-19 memberikan pembelajaran tersurat bahwasannya sistem pembelajaran kita  sangat tidak peka dengan kemajuan teknologi informasi. Sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang saat ini tengah diterapkan pemerintah masih dihantui dengan kegagapan penggunaan teknologi pendidikan. Bingung menggunakan zoom meeting, murid tidak bisa mengirim file, guru tak paham mengkoversi bahan ajar ke bentuk digital, meminta bantuan membuat akun aplikasi pendidikan adalah fenomena yang kerap ditemui. Digitalisasi pendidikan di tingkat sekolah adalah kebutuhan wajib sehingga kedepan guru dan murid dalam sistem pembelajaran kita sembuh dari gagap teknologi.

(Penulis adalah guru Mata Pelajaran Matematika di MTS Qaryatul Jihad, Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulu)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita