GELORA.CO - Biro Investigasi Federal (FBI) mengakui ancaman intelijen terbesar bagi Amerika Serikat (AS) adalah China. Spionasi dari China sangat mengancam informasi, kekayaan intelektual, dan vitalitas AS.
Hal tersebut langsung dikatakan oleh Direktur FBI, Christopher Wray ketika berbicara di Hudson Institute pada Selasa (7/7), seperti dikutip Anadolu Agency pada Kamis (9/7).
"Ancaman jangka panjang bagi informasi dan kekayaan intelektual bangsa kita, dan vitalitas ekonomi kita, adalah ancaman kontra intelijen dan spionase ekonomi dari China," ujar Wray.
Meski begitu, Wray menjelaskan, bukan berarti AS tidak boleh menjalin hubungan bisnis yang erat, membatasi pengunjung, mendeportasi mahasis, atau menolak untuk hidup berdampingan dengan China di panggung dunia.
"Itu berati ketika China melanggar hukum pidana dan norma internasional kami, kami tidak akan mentolerir, apalgi memungkinkan," tegasnya.
Ia juga mengungkap pemerintah China sudah menyebabkan kerusakan finansial yang "menakjubkan" terhadap ekonomi AS. Namun ia tidak memberikan rincian apapun.
China selama ini sudah membantah tuduhan pencurian kekayaan intelektual dan mengecam AS karena mencampuri urusan dalam negerinya di Hong Kong dan Laut Cina Selatan.
Sehari sebelum komentar Wray muncul, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengatakan AS akan melarang aplikasi media sosial China, termasuk TikTok.
Selama ini, CIA, FBI, dan pemerintahan Trump sangat kompak dalam menyuarakan anti-China.
"Sayangnya, saya pikir (China) berupaya mengurangi pengaruh AS untuk memajukan tujuan mereka sendiri (di Asia Pasifik dan sekitarnya)," ungkap Direktur CIA Gina Haspel pada September 2018. (*)