Dalam survei yang dilakukan Indikator Politik Indonesia, elektabilitas putra Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu berada di angka 6,8 persen. Lebih tinggi dibanding Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa dengan elektabilitas 3,6 persen dan Puan Maharani dengan elektabilitas 2 persen.
Pengamat politik Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam mengatakan, tren positif AHY tersebut tentu akan berdampak positif pula bagi Partai Demokrat.
Terpilihnya AHY sebagai Ketum sempat belum menunjukkan dampak elektoral karena pasca Maret hingga Mei ia lebih fokus pada konsolidasi internal. Namun ketika AHY mulai 'reaching out' dan melakukan gerilya politik di luar Partai Demokrat terbukti efektif menghadirkan insentif elektoral untuk Demokrat.
“Tentu hal ini akan menambah kepercayaan diri partai pemenang Pemilu 2009 ini, sebagai satu-satunya partai yang saat ini berani melakukan regenerasi kepemimpinan sejak dini," kata Umam, Selasa (21/7).
Bahkan lebih jauh, AHY bisa saja kembali menempatkan Demokrat ke dalam jajaran tiga teratas.
"Kalau mampu mempertahankan optimisme kader, meningkatkan moral dan semangat pengurusnya, tidak menutup kemungkinan Demokrat akan kembali ke posisi 3 besar karena Gerindra berpotensi terdegradasi ke liga papan tengah," tandasnya.
Dalam survei Indikator Politik yang digelar 13-16 Juli 2020 terhadap 1.200 responden, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo teratas dengan keterpilihan sebesar 16,2 persen. Di urutan kedua ada Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dengan keterpilihan 15 persen.
Di sisi lain, ada tren penurunan cukup drastis terhadap elektabilitas Ketum Gerindra, Prabowo Subianto yang berada di urutan ketiga dengan 10 persen.
Dalam survei pada bulan Februari lalu, elektabilitas Prabowo Subianto masih teratas denga persentase keterpilihan di angka 22,2 persen. Kemudian survei bulan Mei, keterpilihan terhadap mantan calon Presiden tahun 2019 lalu itu menurun di angka 14,1 persen. (*)