GELORA.CO - Peningkatan drastis elektabilitas Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) pada survei nasional yang dirilis Indikator 13-16 Juli 2020 lalu menunjukkan kian dinamisnya arah politik negara ke depan. Kepala Balitbang DPP Partai Demokrat, Herzaky Mahendra mengatakan sosok AHY dan Partai Demokrat menjadi gambaran bahwa masyarakat saat ini sedang mengidolakan tokoh yang tidak saja populer, tapi siap bekerja untuk rakyat dalam situasi sulit.
“Masyarakat sudah bosan dengan kepemimpinan dramatis dan pencitraan. Aksi marah-marah, nangis-nangis, dan lempar tanggung jawab,” ujar Mahendra, Sabtu (25/7).
Peningkatan elektabilitas AHY dalam dua bulan terakhir naik menjadi 6,8 persen dari sebelumnya 4,8 persen. Ada peningkatan hampir 50 persen. Sedangkan elektabilitas Partai Demokrat meningkat menjadi 5,7 persen dari sebelumnya 3,6 persen. Meningkat hampir 60 persen.
Sejak Partai Demokrat dipimpin AHY pertengahan Maret 2020 lalu, partai yang didirikan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini memang langsung tancap gas.
Menurutnya, ada dua instruksi yang dikeluarkan AHY sejak dua bulan awal kepemimpinan. Dari Gerakan Nasional Lawan Korona, hingga Gerakan Nasional Peduli dan Berbagi. Seluruh elemen Partai Demokrat bergerak membantu rakyat di segala lapisan, terutama yang paling terdampak pandemi covid-19 dan belum terjangkau bantuan pemerintah maupun bantuan swadaya masyarakat lainnya.
“Saat survei di bulan Mei, memang belum terlihat hasil gerakannya. Karena mungkin masyarakat masih belum banyak yakin dan terasa dengan gerakan masif dan sistematis dari Partai Demokrat. Begitu dua program yang dilakukan AHY dan Demokrat menunjukkan konsistensinya selama tiga bulan berturut-turut, barulah masyarakat merasakan dan percaya dengan ketulusan gerakan AHY dan Partai Demokrat,” papar Herzaky.
Aksi AHY dan Partai Demokrat ini, menurutnya, berbanding terbalik dengan menurunnya kepuasan publik kepada pemerintah pusat terkait penanganan Covid-19. Sebelumnya, 8,8 persen masyarakat menilai sangat puas. Sekarang, tinggal 4,9 persen.
Jadi, adanya peningkatan publik yang cukup puas mencapai 7,7 persen di sisi lain, kemungkinan sebagian besar karena yang sangat puas turun kepuasannya ke cukup puas.
“Sedangkan untuk kurang puas dan tidak puas, menunjukkan peningkatan relatif sama, sekitar 17 persen. Ini perlu menjadi atensi serius pemerintah,” ungkapnya. []