GELORA.CO - Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU) dan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) menyatakan sikap untuk mundur dari Program Organisasi Penggerak (POP) Kemendikbud.
Alasan utamanya, POP Kemendikbud semakin menunjukkan ketidakjelasan. Terutama mengenai aspek akuntabilitas dan transparansi penetapan peserta POP.
Politisi Partai Demokrat, Syahrial Nasution mengatakan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaaan (Mendikbud), Nadiem Makarim memang pintar, tadi tidak diperlukan untuk dunia pendidikan.
Dia pun menyarankan agar Nadiem Makarim sebaiknya mengundurkan diri, jangan tunggu direshuffle.
"Nadiem Makarim pintar. Tapi, tidak dibutuhkan. Sebaiknya mengundurkan diri, jangan tunggu dicopot," ujar Deputi Balitbang DPP Partai Demokrat itu.
"Kepemimpinan yang lemah merugikan negara. Kecuali, kehormatan Anda terletak pada jabatan," tutup Syahrial Nasution menambahkan.
Sejumlah lembaga tidak jelas asal usulnya diduga turut mendapatkan gelontoran dana ratusan miliar dari POP Kemendikbud.
Ketua LP Ma'arif PBNU, Arifin Junaidi mengatakan, bukan hanya Sampoerna dan Tanoto saja, namun ada beberapa lembaga seperti ikatan keluarga alumni sebuah sekolah, hingga TK di sebuah kabupaten bisa mendapatkan dana miliaran.
Hal tersebut dikhawatirkan berpotensi terjadinya penyelewengan dana besar-besaran. (Rmol)