Publik meragukan vaksin buatan China tersebut, dan dikhawatirkan Indonesia hanya menjadi kelinci percobaan dengan menyuntikkan vaksin tersebut ke warga Indonesia.
Sekretaris Fraksi PPP DPR, Achmad Baidowi menyampaikan bahwa adanya vaksin tersebut juga dipertanyakan oleh DPR. Terutama terkait kualitas vaksin tersebut.
"Ini juga yang menjadi pertanyaan kita di Komisi VI kepada Kementerian BUMN. Apakah vaksin tersebut sudah lolos standarisasi dunia? Meskipun Sinovac menjadi bagian di antara 23 perusahaan pengembangan vaksin di dunia," ujar Awiek sapaan akrabnya kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (22/7).
Dengan adanya kerjasama antara Bio Farma dan Sinovac, kata Awiek, seakan menyiratkan bahwa Indonesia memiliki keterbatasan dalam memproduksi vaksin buatan Indonesia.
"Apakah ini sekaligus menjawab bahwa industri farmasi dalam negeri belum mampu memproduksi sendiri. Dan itu karena keterbatasan SDM dan anggaran," katanya.
Menurut Awiek, dengan adanya pandemik Covid-19 ini, Indonesia harus menjadi pelopor membuat vaksin khususnya untuk kebutuhan dalam negeri sebelum melangkah bekerjasama dengan asing terutama China.
"Ke depan harus menjadi momentum kebangkitan industri farmasi dalam negeri," tandasnya. (*)