GELORA.CO - Hindia Belanda (Indonesia) di awal abad ke 20 adalah sebuah negeri yang telah melalui zaman yang berbeda. Terjadi banyak perubahan setelah mengalami masa kolonialisasi yang sangat lama.
Meskipun masih di bawah kekuasaan penjajah. Rakyat Indonesia mulai membentuk organisasi-organisasi pribumi sebagai salah satu penanda perubahan zaman.
Organisasi pribumi paling awal dan paling besar adalah Sarekat Islam sebagai simbol kebangkitan orang-orang pribumi. Hadirnya Sarekat Islam memberikan rasa harga diri bagi orang pribumi. Meski awalnya didirikan sebagai perkumpulan dagang SDI atau Sarekat Dagang Islam, namun dalam perkembangannya Sarekat Islam menjadi organisasi massa yang menyuarakan kepentingan rakyat dan menjadi motor pergerakan nasional Indonesia.
Sarekat Islam dengan cepat merebut hati rakyat. Dari 35 ribu anggota pada Agustus 1914, menjadi dua juta orang anggota pada tahun 1919. Suatu jumlah yang amat besar untuk sebuah perkumpulan pada masa itu. Sebagai perkumpulan dan pergerakan yang berasas Islam, Sarekat Islam mampu menyatukan penduduk pribumi dan pengikat di antara masyarakat Hindia Belanda.
Kala itu, menyebut orang pribumi berarti adalah orang Islam. Sarekat Islam mampu menyatukan rakyat pribumi dari berbagai lapisan, mulai dari kalangan bangsawan, kaum terdidik barat, kalangan Pesantren, para ulama petani, buruh dan nelayan.
Haji Omar Said (HOS) Tjokroaminoto sebagai pemimpin pergerakan, tak diragukan lagi adalah salah satu faktor kuat Sarekat Islam mendapatkan tempat di hati rakyat. Dia membawa Sarekat Islam menjadi organisasi nasional pertama yang memihak dan memperjuangkan kepentingan rakyat.
Di bawah kepemimpinan Tjokroaminoto, Sarekat Islam berdiri di berbagai daerah hingga ke luar pulau Jawa seperti Bali, Sumatera Selatan hingga Maluku. Untuk memudahkan koordinasi dengan seluruh cabangnya, dibentuk Central Sarekat Islam (CSI).
Sudah menjadi sunnatullah setiap pergerakan akan mengalami ujian dan goncangan. Dalam perjalanannya, SI Semarang memiliki sikap yang berseberangan dengan CSI sejak Semaoen memegang kendali Sarekat Islam Semarang. Semaun adalah seorang buruh rel kereta api sebagai juru tulis di Staatsspoor. Dia bergabung dengan SI Surabaya tahun 1914 dan terpilih menjadi sekretarisnya. Tahun 1915, Semaoen bertemu dengan Sneevliet dan segera tertarik dengan pemikiran dan aktivitasnya.
Hendricus Josephus Marie Sneevliet adalah aktivis serikat buruh berhaluan Komunis di Belanda. Dia datang ke Hindia Belanda mendirikan Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV), sebuah perkumpulan yang awalnya adalah klub debat kaum sosial demokrat di Hindia Belanda.
Semaoen membawa SI Semarang dan pendukungnya ke arah kiri dan selalu melakukan penentangan terhadap berbagai kebijakan SI pusat di bawah kepemimpinan Tjokroaminoto. Kubu kiri ingin menarik Sarekat Islam ke arah netral agama. Mereka beralasan bahwa agama tidak menyediakan basis yang luas bagi aksi politik.
Persoalan agama sebagai landasan berjuang Sarekat Islam memang menjadi isu yang melandasi pertentangan antara kubu kiri dan Islam di SI. Isu ini menjadi semakin keras pertentangannya pasca Revolusi 1917 di Rusia. Revolusi ini disambut dengan suka cita oleh Sneevliet dan anak didiknya Semaoen. Revolusi 1917 itu dianggap sebagai momentum perlawanan terhadap kapitalisme barat.
Semangat anti kapitalisme memang menjadi bahasa pada zaman itu. Tetapi Revolusi itu secara khusus semakin memperlihatkan kubu kiri yang bergerak di atas prinsip Marxisme. Hal ini menjadi persoalan ketika kubu kiri meluaskan pengaruhnya di Sarekat Islam. Kecurigaan tokoh-tokoh Islam dalam SI seperti Abdul Muis dan Agus Salim pada sepak terjang kubu kiri sudah muncul sejak lama. Menurut mereka, di balik Semaoen ada sosok Sneevliet yang mengendalikannya.
Bagi Sneevliet, infiltrasi gerakan kiri ke dalam Sarekat Islam memberikan akses pada massa (kelompok) pekerja khususnya buruh pekerja rel kereta api. Menurutnya, tugas bagi kelompok komunis untuk mengubah SI menjadi organisasi komunis dan menjadikan Moskow dan Petrograd sebagai ‘Makkah’ baru bagi timur.
Bagi ISDV, keterlibatan kelompok kiri di SI hanyalah sebuah batu loncatan. Kubu kiri berkeyakinan, ketika perkembangan SI mencapai titik akhir, SI akan kehilangan karakter relijius dan nasionalnya dan hanya menganggap satu karakter kelas. Saat itulah mereka yang di dalam SI akan membiarkan perbedaan di tubuh SI lenyap menjadi persatuan aksi massa sosialis.
Besarnya pengaruh Sneevliet pada Semaon nampak dalam kongres nasional SI ke 2 pada 20-27 Oktober 1917, Semaun mengusulkan agar Sneevliet menjadi wakil Sarekat Islam di Belanda. Namun usul ini ditentang banyak pihak karena khawatir SI akan menjadi alat politiknya Sneevliet yang berpaham Komunis Marxis. Pertarungan antara kubu Islam dan kubu kiri di tubuh SI semakin mengemuka.
Di Surakarta muncul nama Haji Misbach. Nama Haji Misbach tak bisa dilepaskan dari peristiwa penistaan terhadap Nabi Muhammad Saw oleh artikel Djojodikoro dalam Djawi Hisworo pada awal Januari 1918. Artikel tersebut memantik kemarahan dan protes umat Islam.
SI di bawah Tjokroaminoto membentuk milisi bernama Tentara Kandjeng Nabi Moehammad (TKNM) mengadakan protes serentak pada 24 Februari 1918 di lebih 42 kota di Jawa dan Sumatera, dan mengumpulkan massa sebanyak 150 ribu orang. Demonstrasi yang sangat besar untuk ukuran masa itu.
Di Surakarta sendiri, SI Surakarta justru menolak untuk mendukung aksi ini, karena menganggap apa yang dilakukan oleh Djawi Hisworo sebagai kebebasan pers. Haji Misbach dikenal sebagai tokoh yang frontal mengeritik pemerintah kolonial. Hal ini membuatnya dipenjara oleh pemerintah kolonial.
Selepas dari penjara, pandangan-pandangannya yang menentang kapitalisme kemudian membuatnya dikenal sebagai Haji komunis, tokoh yang menggabungkan pemikiran Islam dengan komunisme. Dia menyamakan antara komunis dan agama.
Sikap Haji Misbach seperti di atas, akibat pengaruh propaganda PKI dengan mengurangkan ajaran komunis yang sebenarnya. Akibatnya, Haji Misbach memahami komunisme seperti apa yang ia mengerti saja. Dia tidak tahu ajaran komunis menolak ajaran agama apapun. Dia tidak pula memahami bahwa di Rusia terjadi pertentangan antara Lenin-Komunis dan Trotsky-Sosialisme.
Walaupun sudah lari ke Meksiko, Trotsky tetap tidak dapat menyelamatkan diri dari serangan kaum Bolshevijk. Realitas tingkah laku pimpinan komunis pada zamannya saja, tidak diketahui oleh Haji Misbach, apalagi situasi lebih lanjut di Rusia di bawah rezim diktator Komunisme Stalin. Ribuan Masjid di Rusia dihancurkan dan seluruh aktivitas dakwah Islam dipadamkan oleh Stalin.
Perseteruan kubu kiri dan Islam di Sarekat Islam memuncak tatkala ISDV mengubah organisasinya menjadi Partai Komunis. Perubahan ini seiring Lenin pada tahun 1919 membentuk Komunis Internasional (Komintern) dan menyerukan kepada semua partai Sosial demokrat untuk mengganti namanya menjadi partai komunis, untuk membedakan diri dengan kaum sosial-sovinis-reaksioner.
Awalnya usulan nama yang diajukan adalah Perserikatan Komunis Hindia atau Indische Komunistische Party. Namun konferensi memutuskan: Perserikatan Komunis di India atau Partij der Komunisten in Indie (PKI).
Tanggal 23 Mei 1920 dianggap sebagai hari lahirnya PKI. Semaoen sebagai ketua, Dharsono wakil, Bergsma Sekretaris dan Baars sebagai Komisioner. Pada tahun itu pula PKI menyatakan bagian dari Komintern.
Hal ini menunjukkan bahwa komunis di Indonesia adalah bagian dari gerakan komunis internasional. Mereka berjuang bukan untuk kepentingan nasional Indonesia tapi untuk kepentingan Komunis internasional.
PKI membuat peraturan disiplin partai dengan melarang keanggotaan ganda anggota PKI, baik di Sarekat Hindia maupun di Budi Utomo. Namun yang menarik, anggota PKI tetap diperbolehkan untuk tetap menjadi anggota di Sarekat Islam.
Tak dapat disangkal, SI tetap menjadi magnet untuk menggaet massa bagi PKI. SI adalah organisasi terbesar dan sangat diminati oleh rakyat. Hal ini membuktikan bahwa PKI menunggangi SI untuk kepentingan penyebaran komunisme dan kepentingan mereka lainnya. Bagi pengurus Centraal Sarekat Islam, beralihnya ISDV menjadi PKI dan bergabungnya PKI ke Komintern membuat mereka semakin yakin kehadiran PKI untuk memecah belah SI.
Selain itu sikap Komintern sendiri dianggap memusuhi Islam, karena pada Kongres Komintern ke-2, Lenin menyerukan untuk memerangi gerakan Pan-Islam. Bagi gerakan Islam di Hindia Belanda, penolakan terhadap Pan-Islam adalah penolakan terhadap Islam itu sendiri.
Disiplin partai di Sarekat Islam pun akhirnya terjadi. Tidak ada lagi keanggotaan ganda. Anggota PKI harus memilih apakah akan tetap di CSI atau PKI. Disiplin partai diterapkan untuk menghindarkan SI ditunggangi partai atau kelompok lain demi kepentingannya. Disiplin partai ini juga sebagai upaya mendorong orang untuk bersungguh-sungguh menerapkan asas yang dianut Sarekat Islam.
Pada Kongres SI tahun 1922, Tjokroaminoto menekankan perjuangan SI berdasarkan Islam dan menegaskan Islam lah satu-satunya elemen yang dapat menyatukan masyarakat di Hindia Belanda. SI dan PKI menempuh jalan masing-masing.
Tjokroaminoto membawa SI semakin ideologis. Kongres tahun 1922 menetapkan dibentuknya Partai Sarekat Islam. Pada akhir kongres, PKI menyatakan keluar dari Sarekat Islam. Pada kongres ke-2 Juni 1924, PKI mengubah namanya dari Perserikatan Komunis Hindia menjadi Partai Komunis Indonesia. PKI memindahkan pengurus pusat dari Semarang ke Jakarta dan membentuk Pemerintah Soviet Indonesia.
Sarekat Islam sendiri adalah salah satu organisasi yang terbentuk pada masa kebangkitan kesadaran nasional Indonesia yang paling membahayakan penjajahan. Sarekat Islam merupakan organisasi yang benar-benar mendapatkan dukungan massa riil dari berbagai strata sosial dan mendapatkan dukungan para ulama dan organisasi-organisasi Islam lainnya.
Penjajah berkepentingan untuk melumpuhkan SI. Orang-orang Belanda berhaluan Marxist disusupkan ke dalam SI di antaranya Sneevliet yang mencoba menawarkan ideologi komunisme seolah ideologi pendorong perlawanan terhadap penjajahan yang ampuh. Dengan menggunakan orang-orang Belanda komunis, pemerintah kolonial Belanda membiarkan Sneevliet dan kawan-kawannya membelah keutuhan SI dari dalam.
Aksi mereka diawali dengan membina pimpinan muda SI Semarang. Sebagaimana disebutkan di atas salah seorang kader mereka adalah Semaoen seorang buruh kereta api, selain juga Dharsono, Alimin Prawirodirjo, dan Tan Malaka.
Tujuan orang-orang Belanda seperti Sneevliet, Brandseder, Bergsma, dan Baars, tidak sejalan dengan tujuan gerakan organisasi pribumi Islam. Dengan menggunakan tangan orang Belanda sendiri, pemerintah Belanda berhasil menjalankan politik pecah belah di tubuh SI. Kerjasama imperialis kapitalis dengan komunis terjadi.
Sama dengan kelahiran komunis Rusia 1917 yang berunding dengan Kekaisaran Jerman sebagai negara imperialis Barat atau sebaliknya, di Brest Litowsk. Hal ini dapat terjadi karena adanya kesamaan kepentingan politik untuk menumbuhkan kemungkinan kerjasama antara negara imperialis dan komunis. Hal yang sama terulang dalam perang dunia ke 2, dimana Uni Soviet bekerja sama dengan negara-negara sekutu dalam menghadapi Jerman dan Italia.
Kembali ke soal disiplin partai di tubuh SI. Bagi PKI, disiplin partai merugikan PKI. Sebab tanpa SI, PKI tidak akan mempunyai massa rakyat. Dalam pemahaman rakyat, semua orang kulit putih adalah Belanda dan kulit putih pasti penjajah.
Rakyat sulit memahami upaya pimpinan PKI mengenalkan nama-nama Karl Marx dan Lenin dengan gambar wajahnya sebagai orang kulit putih. Sukar dimengerti oleh rakyat, apabila Karl Marx yang orang Jerman dan Lenin yang orang Rusia, harus diterima sebagai pembela rakyat Indonesia yang tertindas oleh penjajah Belanda yang sama-sama kulit putih.
Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, periode gerakan kebangkitan kesadaran nasional Indonesia, SI tampil sebagai pelopor terdepan penentang ideologi Marxist di Indonesia. Kongres Nasional SI 1923, SI memutuskan menolak ideologi Marxist yang dikembangkan oleh PKI. Dua puluh tahun kemudian, melalui kudeta di Madiun 19 September 1948, PKI membalasnya dengan pembantaian terhadap para Ulama dan Santri.
Pemaparan ini akan diakhiri dengan surat terbuka Semaun kepada PKI. Semaun menyimpulkan, “penting bagi kita untuk menyusupi organisasi Sarekat Islam, untuk terus mengusung kebijakan revolusioner di sana, guna menarik massa revolusioner ke pihak partai kita.” Demikian ditulis oleh Waketum Pemuda Dewan Da’wah Pusat, Wildan Hasan. []