GELORA.CO - Suriah bergolak. Sudah empat hari ratusan warganya melakukan aksi protes di jalan-jalan untuk menuntut mundur Presiden Bashar al Assad.
Protes tersebut dimulai sejak Minggu (7/6) dan berlanjut hingga Rabu (10/6) di Kota Druze, Sweida.
Di dekat alun-alun, para demonstran menyerukan penggulingan Assad sembari menggemakan nyanyian protes pro demokrasi pada 2011. Protes tersebutlah yang kemudian memicu kekerasan, konflik sembilan tahun tak berkesudahan di Suriah.
Bukan hanya menuntut Assad mundur, para demonstran juga menyerukan diakhirinya korupsi serta penarikan milisi Iran dan Rusia di sana.
"Para pemrotes menyerukan kebebasan dan menggulingkan rezim sebagai akibat dari kemarahan rakyat atas memburuknya situasi ekonomi, sosial, keamanan, dan politik," ujar seorang aktivis, Noura al Basha, seperti dikutip Reuters.
Seperti yang disampaikan oleh Basha, Suriah memang berada dalam krisis yang luar biasa, bukan hanya untuk isu keamanan namun juga ekonomi. Mata uangnya jatuh bebas sejak awal konflik.
Untuk pertama kalinya sejak protes dimulai, lusinan pendukung pemerintah mengorganisir demonstrasi balasan di depan kantor pemerintah provinsi. Mereka mengkritik gelombang sanksi dari Amerika Serikat yang dikenal sebagai Caesar Act, yang mulai berlaku akhir bulan ini. (Rmol)