Penulis: Ustaz Syarif Mahmud Al-Qadrie
Kemarin muncul sebuah video yang “menuduh” Sultan Hamid II sebagai seorang penghianat, apakah karena :
1. Pendidikan di Belanda : bukan Sultan Hamid II saja yang mendapatkan pendidikan di Belanda, bahkan banyak sekali tokoh politik nasionalis Indonesia yang mengenyam pendidikan di Belanda, apakah artinya mereka semua juga penghianat bangsa?
2. Menjadi anggota KNIL: bukan Sultan Hamid II saja yang menjadi anggota KNIL bahkan banyak sekali tokoh bangsa dan bangsa Indonesia yang sempat menjadi anggota KNIL, AH Nasution, Oerip Soemahardjo, Alex Kawilarang dsbnya mereka juga sempat menjadi tentara KNIL, apakah mereka semua penghianat?
3. Salah satu jasanya adalah mewakili BFO dalam Konferensi Meja Bundar, dimana Sultan Hamid II merupakan ketua BFO (Majelis Permusyawaratan Negara Federalis), tanpanya mustahil pemerintah Belanda mau mengakui dan menyerahkan kedaulatan kepada RIS, pada 27 Desember 1949.
4. Sultan Hamid II difitnah sebagai penghianat karena peristiwa Westerling dalam kasus APRA, dan keputusan pengadilan menyebutkan bahwa Sultan Hamid II tidak bersalah. Kendati demikian tetap diberikan hukuman 10 tahun. Dan fakta memang menunjukkan demikian adanya dengan gentleman ia menerima keputusan tersebut.
5. Sultan Hamid II merupakan salah satu pejuang bangsa, ketika melakukan perjuangan sengit melawan pendudukan Jepang, bahkan ketika Proklamasi Kemerdekaan Sultan Hamid II masih dalam tahanan penjara Jepang, sedangkan ayah ibunya serta kerabat besar keluarga Al-Qadiriyah Pontianak di bantai oleh Jepang yang disebut sebagai peristiwa Mandor, bahkan puluhan ribu penduduk Pontianak juga dibantai oleh Jepang. Sedangkan beberapa tokoh bangsa memilih untuk “bekerja sama” dengan Jepang, saya tidak tahu siapa yang menjadi penghianat?
6. Kesalahan dan dosa terbesar dari Sultan Hamid adalah konsistensi dalam perjuanganya ide Federalisme sebagai bentuk terbaik pemerintahan Indonesia, tetapi bahkan dalam hal ini bukan ia sendiri sebagai pendukung “pilihan” tersebut, ada Ide Anak Agung Gde Agung dan beberapa yang lainnya seperti Romo Mangunwjiaya, dan ribuan dan jutaan bangsa Indonesia yang lainnya. Bahkan Presiden Negara RIS (Republik Indonesia Serikat) adalah Presiden Soekarno sendiri, apakah ia penghianat juga? Satu hal yang patus dicatat, bahwa bahkan ketika Sultan Hamid II mendukung Indonesia sebagai negara Federalis, ia tetap menolak keinginan Pemerintah Belanda untuk menjadikan Kalimantan Barat sebagai bagian dari negara Belanda.
7. Sampai akhir hayatnya Sultan Hamid II tetap meyakini bahwa bentuk Negara Federalis Indonesia adalah bentuk negara yang terbaik untuk Indonesia “Dalam memperjuangkan kemerdekaan bagi nusa dan bangsa, timbullah keinginan saya, bahwa bentuk federalism itulah yang paling cocok bagi negara Indonesia, untuk menjadi negara yang kuat, makmur dan sejahtera”.
8. Jasanya yang lain adalah sebagai perancang Lambang Negara Garuda Pancasila, hal itu tidak bisa dilupakan dan dinafikan, tidak ada keraguan lagi, apakah seorang penghianat bangsa dan negara akan melakukan hal itu, seperti kata-katanya : “Mungkin ini adalah yang dapat saya sumbangkan untuk bangsa saya dan mudah mudahan sumbangan saya (Lambang Negara) ini bermanfaat bagi negara yang dicintai oleh kita”. Sampai kapanpun dan berapapun banyaknya orang yang menuduh dirinya sebagai penghianat, Garuda Pancasila akan selalu terpampang jelas di atas, selalu kita hargai dan hormati, sadar atau tidak sadar, demikian juga namanya sebagai perancangnya.
9. Sultan Hamid II, adalah seorang negarawan sejati, yang tidak mengenal rasa dendam kepada siapapun termasuk lawan-lawan politiknya. Ketika Bung Karno sedang sakit diakhir hayatnya, Sultan Hamid II mengunjunginya dan berbisik kepadanya: “Saya Hamid, bung. Maafkan kesalahan saya dan kesalahan bung saya maafkan”. Dan bung karno pun meneteskan air mata. Hanya seorang negarawan besar yang akan akan melakukan hal seperti itu.
10. Penghianat itu adalah orang-orang yang berusaha membelokkan sejarah dan melupakan jasa para pahlawannya.
11. Atau mungkin hanya karena ia adalah seorang Muslim, yang kebetulan juga bangsa Indonesia keturunan Arab, sehingga muncul kebencian dari orang-orang yang tidak menyukai hal tersebut, Sultan Hamid II meninggal pada tanggal 30 Maret 1978, ketika sedang melakukan sholat maghrib. (*)