Profesor di China Sarankan Perempuan Punya 2 Suami untuk Dorong Angka Kelahiran

Profesor di China Sarankan Perempuan Punya 2 Suami untuk Dorong Angka Kelahiran

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Di era modern ini, banyak perempuan telah memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan dalam hidup mereka. Hal tersebut sudah banyak diraih oleh banyak perempuan di dunia, termasuk di China yang dulunya sangat diskriminatif terhadap perempuan.  

Menurut laporan Washington Post, banyak perempuan China yang kini ingin berkarier dan berusaha menunda pernikahan serta memiliki anak. Meski perempuan bisa melakukan dua peran sekaligus, yaitu menjadi perempuan karier dan seorang ibu, tetapi mereka lebih suka memilih salah satu. Dan saat ini para milenial lebih cenderung ingin berkarier. 

Tak bisa dipungkiri, faktor tersebut menjadi salah satu penyebab semakin rendahnya angka kelahiran di China. Seperti yang sudah diketahui, China memang punya peraturan agar masyarakatnya hanya memiliki satu anak saja, kecuali buat penduduk yang tinggal di daerah terpencil atau jika anaknya adalah seorang difabel. Awalnya peraturan tersebut bertujuan untuk meningkatkan tingkat pertumbuhan sekaligus standar kehidupan masyarakat di China. Namun sayangnya, aturan tersebut kini menciptakan masalah tersendiri. 

Sudah beberapa tahun belakangan ini angka kelahiran di China sangat rendah. Tak hanya itu, jumlah pria juga lebih banyak daripada perempuan sehingga banyak perempuan yang kesulitan menemukan pasangan. Fakta tersebut dianggap bisa menciptakan sebuah krisis yang menghambat pertumbuhan ekonomi selama beberapa dekade ke depan. 

Pemerintah China sendiri sudah melakukan berbagai upaya untuk mendorong angka kelahiran. Mulai dari meringankan iuran pajak dan biaya pendidikan, memberikan waktu cuti melahirkan lebih lama, hingga mempersulit proses aborsi dan perceraian. Namun tampaknya usaha tersebut belum membuahkan hasil. 

Permasalahan ini tentunya menarik perhatian berbagai ahli di China. Salah satunya adalah profesor ekonomi dari Universitas Fudan di Shanghai China, Yew-Kwang Ng. Profesor Yew-Kwang memberikan sebuah solusi yang sangat mengejutkan banyak pihak dan kini menjadi kontroversi, yaitu agar perempuan diperbolehkan untuk memiliki lebih dari satu suami supaya bisa melahirkan beberapa anak.   

Tetapi solusi tersebut langsung menimbulkan kontroversi lantaran dianggap mendukung praktik poliandri. Menyadari bahwa usulannya tersebut akan menimbulkan kontroversi, profesor asal Malaysia ini pun menambahkan bahwa ia tidak mendukung poliandri, tapi pemerintah China harus memikirkan opsi solusi tersebut untuk mengatasi ketidakseimbangan gender. 

"Saya tidak akan menyarankan praktik poliandri jika perbandingan gendernya sangat tidak seimbang. Saya hanya menyarankan bahwa kita harus memikirkan pilihan solusi tersebut," tulis Yew-Kwang Ng dalam sebuah artikel di situs bisnis China beberapa waktu lalu seperti dikutip dari Washington Post.
Ia kemudian melanjutkan, jika dua laki-laki bersedia menikahi satu perempuan yang sama dan pihak perempuan juga setuju, berarti tidak akan ada masalah. 

"Jika dua laki-laki mau menikahi satu perempuan yang sama dan pihak perempuan bersedia, apa yang membuat masyarakat melarang laki-laki untuk berbagi satu istri yang sama?" ungkapnya. 

Profesor ekonomi tersebut kemudian mencontohkan sebuah kasus yang terjadi pada pekerja prostitusi. Menurutnya, perempuan yang selama ini bekerja sebagai prostitusi bisa melayani 10 laki-laki dalam sehari. Jadi menurutnya tidak ada salahnya kalau perempuan juga memasak atau melayani dua atau tiga suami sekaligus. 

Pernyataan tersebut sontak menjadi viral dan dikritik oleh para perempuan di media sosial seperti Weibo, sebuah media sosial khusus yang digunakan oleh masyarakat di China. 

“(Pernyataan tersebut) ingin membuat saya muntah,” komentar seorang perempuan bernama Keely. 
Beberapa perempuan lain juga turut berkomentar dan menyayangkan solusi yang diberikan oleh Yew-Kwang Ng. 

“Biar saya artikan apa yang dia maksud: Dia ingin melegalkan perbudakan seks,” tulis salah satu perempuan lainnya.

Meski begitu, Profesor Yew-Kwang Ng sepertinya tidak peduli dengan komentar tersebut. Sebab ia mengatakan dalam artikel berikutnya ia akan membahas soal melegalkan rumah prostitusi sebagai solusi mengatasi ketidakseimbangan gender di China. []
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita