Petinggi Gerindra: Konspirasi, Indonesia Jangan Sampai Terjebak Propaganda China soal Corona

Petinggi Gerindra: Konspirasi, Indonesia Jangan Sampai Terjebak Propaganda China soal Corona

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Konspirasi China dalam masalah pandemik virus corona baru atau Covid-19 membuat perekonomian global mengalami krisis.

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Arief Poyuono, mengatakan, China dalam Covid-19 memainkan propaganda untuk melakukan shut down ekonomi dunia dengan cara propaganda penyebaran Covid-19 bersama WHO.

China melakukan lockdown di salah satu provinsi yang menjadi pusat ekonomi China untuk menciptakan ketakutan negara negara lain, yang akhirnya ikut melakukan kebijakan yang sama dengan China yaitu melakukan lockdown, PSBB dan lain-lain.

"Hal ini dikuatkan dengan hanya satu saja kota industri di China yang dilockdown, dan tidak semua kota-kota industri seperti Guang Zhou, Shang Hai dan Beijing tidak dilakukan lockdown," terang Arief Poyuono, Senin (8/6).

Adapun dampaknya dengan negara-negara lain mengikuti propaganda China yang sudah menciptakan ketakutan dengan virus corona, dengan melakukan lockdown dan PSBB.

Menurut Arief Poyuono, ada keganjilan jika dibandingkan dengan kasus pandemik Avian Flu, SARS dan MERS yang pernah terjadi yang tidak kalah ganasnya dengan Covid-19. Tidak ada satu negara pun atau negara Hongkong yang menjadi pusat Avian Flu melakukan kebijakan lockdown.

"Sama, vaksin dan obat avian flu pun butuh waktu lama untuk ditemukan," imbuh bawahan Ketum Gerindra Prabowo Subianto ini.

Dengan kebijakan lockdwown ataupun PSBB sudah dipastikan berpengaruh besar terhadap aktivitas perekonomian negara, dimana komsumsi menurun, produktivitas menurun, investasi menurun, sehingga menyebabkan kekacauan pasar keuangan. Serta pemerintah harus menambah anggaran pengeluaran untuk menjamin kebutuhan masyarakat akibat dampat lockdown dan PSBB.

"China memainkan penyebaran virus corona dengan mengunakan strategi playing victim, yaitu teknik memposisikan diri sebagai korban atau orang yang terluka demi mengelabui musuh dan lingkungan," ujar Arief Poyuono.

Taktik tersebut ditulis oleh Sun Tzu, yang berbunyi: "Lukai diri sendiri untuk mendapatkan kepercayaan musuh. Masuk pada jebakan dan jadilah umpan. Berpura-pura terluka akan mengakibatkan dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, musuh akan bersantai sejenak oleh karena dia tidak melihat anda sebagai sebuah ancaman serius. Yang kedua adalah jalan untuk menjilat musuh anda dengan berpura-pura luka oleh sebab musuh merasa aman.

Dengan membuat musuh terkelabui, lanjut Arief Poyuono, otomatis akan lebih leluasa untuk menyerang karena mereka sedang lalai. Dalam peperangan, menyerang musuh dalam keadaan santai akan terasa jauh lebih mudah, karena musuh berada dalam posisi belum mempersiapkan strategi apapun.

"Nah, sekarang sudah jelas dimana China sengaja melakukan strategi tersebut untuk mendominasi kekuasaan perekonomian dunia, dan melawan Amerika Serikat," ungkap Arief Poyuono.

Karena itu, Indonesia disarankan jangan sampai terjebak dengan propaganda China yang memainkan strategi playing victim dengan terus merasa ketakutan dengan pandemik Covid-19, dan melakukan kebijakan PSBB. Karena itu, peraturan pemerintah tentang PSBB harus dicabut dan segera berlakukan new normal.

Seperti rakyat kecil yang tidak takut dan masa bodo dengan Covid-19 dalam mencari nafkah. Lihat sana di Jakarta dan kota lain PSBB dilakukan, tapi mereka tetap mencari penghidupan.

"Ketakutan harus terhadap Covid-19 dan tetapi dampak ketakutan yang telah menyebabkan kehancuran ekonomi bukan berarti kita tidak waspada, dan pakai nalar membaca situasi perang ekonomi China dengan Amerika Serikat," demikian Arief Poyuono. (*)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita