GELORA.CO - Pengamat Kebijakan dan Pemerintahan, Gde Siriana Yusuf, menyebut buruknya kinerja kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi) tak berarti hanya karena kesalahan jajaran menterinya semata.
Pernyataan ini menyusul setelah video yang menunjukkan kekecewaan Jokowi kepada jajaran menterinya pada sidang paripurna kabinet, Kamis (18/6) lalu yang kemudian ditayangkan kemarin (28/6) oleh Channel YouTube Sekretariat Presiden.
Menurut Gde, Jokowi tak seharusnya menumpahkan semua kesalahan kepada para menterinya. Sebab, bobroknya kinerja menteri dapat dimaknai buruknya kinerja pimpinan tertinggi, dalam hal ini Jokowi sendiri.
"Meski reshuffle dilakukan, bukan berarti Jokowi melepaskan tanggungjawab atas ketidakmampuan menteri ini, bagaimanapun juga ada kelemahan-kelemahan Jokowi ikut andil di dalamnya," katanya saat dihubungi, Ahad, 28 Juni 2020.
Gde menyebut arah kepemimpinan Jokowi kerap berubah-ubah sehingga membuat kabinetnya tak bisa fokus dalam visi yang dijalankan. Hal itu diikuti pula oleh sosok para menteri yang tak sebagian tak memiliki kapasitas.
"Selain kerja kabinet tidak efektif karena selalu ada reshuffle, juga para menteri tidak bisa mengikuti arahan Jokowi yang sering berubah-ubah atau dianggap Jokowi tidak punya visi yang jelas," ujarnya.
"Atau yang lebih parah lagi, para menteri ini lebih takut kepada parpol atau sponsornya ketimbang takut kepada Jokowi," tambahannya lagi.
Sponsor yang dimaksud oleh Gde adalah mereka yang pada pilpres 2019 lalu banting tulang memenangkan Jokowi. Disebabkan para relawan dan pendana banyak yang menyokong Jokowi, maka penunjukkan menteri pada kabinet Indonesia Maju, menurut Gde, tak ubahnya hanya permintaan aktor pendana guna mengisi kuris kekuasaan.
Namun kekuasaan era Jokowi tak meniscayakan kapasitas sebagai syarat utama. Sederet nama-nama yang ditunjuk sebagai Menteri kali ini menunjukkan betapa kapasitas mereka jauh dari ideal. Tak butuh waktu lama, pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia beberapa bulan terakhir telah mengungkap keburukan mereka langsung dari lidah Jokowi.
"Jika kemudian dilakukan reshuffle lagi, maka dalam 2 periode Presiden Jokowi selalu ada reshuffle yang artinya Jokowi tidak punya leadership," pungkas Gde.[tsc]