Oleh: Natalius Pigai
SAYA dengar dari seorang pimpinan DPR RI yang bukan kader Partai Gerindra. Covid-19 sedang ke elevasi tinggi bahayakan nyawa rakyat Papua.
Mendengar itu Prabowo turun minta langsung Menkes agar drop APD di Papua. Wagub DKI dan DPR Gerindra keliling asrama Papua itu atas perintah Prabowo.
Corona buka mata siapa yang punya empati. Tidak mewakili siapa-siapa, saya secara pribadi ucapkan terima kasih untuk Pak Prabowo Subianto.
Presiden Jokowi sebagaimana biasa berkoar-koar dan berbuasa-berbusa ketika dua kali pemilu hanya bangun image seakan-akan peduli pada rakyat Papua, mencuri nurani rakyat Papua.
Hari ini tidak terdengar suara Presiden Jokowi dari Jawa, Solo ketika Sekretaris Gugus Tugas Covid-19 di Papua menyatakan bahwa hanya tujuh orang dokter spesialis paru dan ventilator hanya beberapa buah.
Sedari awal Papua cluster berbahaya dan mengerikan jika Gubernur Lukas Enembe dan rakyat Papua tidak menentang kebijakan pusat.
Pak Jokowi boleh saja benci dan dendam dengan saya, itu wajar! Toh Pak Prabowo ajukan nama saya secara resmi masuk kabinet juga Pak Jokowi tolak.
Kita gentlemen. Tapi jangan mengabaikan rakyat Papua mati karena selain corona, karena teror, siksa, dibunuh aparat di tengah rakyat Papua sedang menghadapi ancaman corona.
Rakyat Papua pernah berikan segalanya; suara dan kalau boleh saya buka rahasia ada bantuan rakyat Papua dalam bentuk lain tapi di Yogya (NB: andaikan barang itu jadi).
Saya sebagai Ketua Tim Perantauan Pemilu Berbasis HAM 2014, Jokowi jadi Presiden beda tipis hanya 8 juta suara, tanpa saya belum tentu Jokowi disebut Presiden hari ini.
PDIP dan partai pengusung lainnya mengemis ke saya tapi saya tidak pernah mengemis, jabat tangan dan ketemu mereka hingga hari ini.
Jokowi juga dia sering SMS dan telepon minta tolong ke saya, tapi saya tidak pernah minta perhatian ke beliau. Kami ini bangsawan! Beda harga diri dan martabat.
(Penulis adalah aktivis kemanusiaan, asal Papua.)