GELORA.CO - Pandemik mengubah kehidupan semua orang termasuk bagaimana keluarga harus melepaskan kepergian salah satu anggotanya yang meninggal karena Covid-19. Mereka membiarkan ayah, ibu, atau anak mereka yang meninggal itu dibawa oleh petugas dan dimakamkan tanpa mereka iringi.
Seorang warga Pakistan, Manzoor Abbasi meninggal pada 11 Juni. Kemudian pada hari itu, tubuhnya dimakamkan di desa Murree, oleh orang yang asing ketika keluarganya menjauh.
Seperti itulah ketakutan terkena virus corona yang terjadi pada masyarakat di Pakistan, di mana kasus telah mencapai angka 176.617 termasuk lebih dari 3500 kematian pada hari Minggu (21/6).
Putra Abbasi, Muhammad Ali, menderita diabetes dan dinasehati oleh dokternya untuk tidak mendekati mayat ayahnya. Kesedihan dan rasa bersalah menghantui Ali dan anggota keluarganya yang lain. Mereka semua memilih melewatkan upacara terakhir Abbasi yang berusia 60 tahun karena takut mereka akan tertular virus.
"Pengaturan pemakaman dan penguburan dibuat oleh petugas penyelamat dan polisi," kata Ali, dikutip dari The National, Senin (22/6).
Adik laki-lakinya Hassan, mengatakan dia tinggal di rumah untuk melindungi 12 anggota keluarganya yang lain.
"Jika entah bagaimana saya terinfeksi, seluruh keluarga akan berisiko terinfeksi dengan mudah karena kami memiliki keluarga besar yang tinggal di satu kompleks," katanya.
Penyebaran virus corona mengubah norma sosial di Pakistan, kata para ahli. Hal yang keliru adalah mereka lebih takut tertular penyakit itu dari mayat Covid-19, daripada takut tertular dari orang-orang yang berkumpul yang kemungkinan mengandung Covid-19.
WHO mengatakan penelitian saat ini telah menemukan virus hanya dapat ditularkan melalui tetesan pernapasan, melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi, atau melalui kontak dengan benda dan permukaan yang terkontaminasi.
"Orang-orang berpikir bahwa mereka bisa tertular penyakit itu dari mayat, daripada dari pasien Covid-19 yang masih hidup," kata Khizar Hayat, Ketua Asosiasi Dokter Muda Punjab.
"Alasannya adalah prosedur pemakaman yang ketat. Pemerintah harus menyadarkan orang-orang bahwa dengan tindakan pencegahan yang tepat maka penyakit tidak dapat menyebar," kata Khizar.
Kepanikan dan stigma sosial telah menyebabkan beberapa orang menolak menerima mayat anggota keluarga dari rumah sakit. Sebaliknya, tim medis dikirim untuk menguburkan mereka.
Mestinya orang-orang lebih memperhatikan penularan yang kemungkinan besar terjadi di tengah kerumuman dan pelanggaran aturan jarak jarak. Jika mereka takut tertular dari mayat yang meninggal karena Covid-19, mengapa mereka tidak takut tertular saat mereka melanggar jaga jarak dan aturan pencegahan, menurut Khizar.
“Sekarang jumlah kasus Covid-19 telah meningkat tajam. Orang-orang khawatir Covid didiagnosis secara keliru pada keluarga mereka yang dirawat di rumah sakit karena penyakit lain. Dan ketika mereka meninggal, keluarga tidak diizinkan menerima mayat untuk dimakamkan," kata Dr Uzma Ambareen, seorang konsultan psikiater dan wakil presiden Asosiasi Pakistan untuk Kesehatan Mental.
Dr Ambareen mengatakan dia yakin banyak orang di Pakistan yang menyangkal penyakit itu, membuat mereka “tidak siap” untuk mengatasinya.
"Teori konspirasi telah marak, dan orang-orang terus meragukan alasan di balik pengetatat aturan penguncian," kata Dr Ambareen.
Masyarakat awan kebingungan dengan berbagai informai simpang siur yang mereka terima dari para pejabat pemerintah, lalu berita di media dan internet di mana para ahli banyak menyampaikan informasi aktual terkait virus. Kabar dan penemuan itu terus dimodifikasi, berubah-ubah setiap harinya karena para ilmuwan di seluruh dunia terus menemukan dan melaporkan fakta-fakta baru.
Kebanyakan informasi semacam itu membuat masyarakat bingung mana yang benar, mana yang terbaru dan terpercaya.
Polisi di berbagai bagian provinsi terbesar di Pakistan, Punjab, melaporkan anggota keluarga meninggalkan mayat korban virus corona di rumah sakit begitu saja.
"Cara orang-orang meninggalkan orang tua mereka yang meninggal di rumah sakit cukup mengganggu bagi saya. Kami di sini sedang menuju bencana sosial dan moral," kata Zahid Islam, seorang pejabat polisi yang berpartisipasi dalam penguburan dua mayat yang ditinggalkan keluarganya.
Pada awal Juni, kepolisian kota Sialkot, Punjab, menerima panggilan dari masyarakat, ketika ada sebuah keluarga pergi meninggalkan rumah mereka yang di dalamnya ada mayat salah satu anggota keluarga yang diduga Covid-19. Aparat pun akhirnya menangani mayat itu dan menguburkannya.
Hingga saat ini, belum ada hukuman bagi keluarga yang meninggalkan mayat anggota keluarganya begitu saja di dalam rumah. Menyebabkan beberapa orang menyembunyikan status Covid-19 karena khawatir dikucilkan.
UNICEF baru-baru ini telah mengeluarkan seperangkat pedoman untuk mengatasi stigma sosial yang terkait dengan pandemik dan dimaksudkan untuk mendukung pemerintah dan media. (Rmol)